TCEC: 4.000 tukik telah dilepasliarkan di laut Pulau Serangan Bali

1 week ago 14

Denpasar (ANTARA) - Pusat Edukasi dan Konservasi Penyu (TCEC) mencatat sebanyak 4.000 ekor tukik telah dilepasliarkan di laut Pulau Serangan, Denpasar, Bali, dalam kurun waktu satu tahun terakhir untuk mendukung upaya konservasi penyu.

"Pantai Serangan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali merupakan salah satu titik penting tempat penyu singgah dan bertelur," kata Ketua TCEC Serangan I Wayan Indra di Denpasar, Bali, Minggu.

Ia menjelaskan ada lebih dari 7.600 telur penyu yang ditemukan dan diselamatkan di perairan Serangan dalam satu tahun terakhir.

Namun, hanya 4.000 telur yang menetas menjadi tukik yang sudah dilepasliarkan di perairan tersebut sebagai habitat aslinya.

Pihaknya rutin melakukan pemantauan dan relokasi telur penyu di kawasan yang juga bagian KEK Kura Kura Bali yang dikelola oleh PT Bali Turtle Island Development (BTID).

Untuk melakukan kegiatan konservasi, pihaknya mengajukan izin kepada pengelola tersebut agar mendapatkan akses masuk karena ada aktivitas proyek.

"Tidak pernah ada hambatan ketika kami meminta izin untuk pemantauan dan mendata penyu di kawasan itu," kata dia.

Indra menjelaskan apabila ditemukan telur penyu di lokasi yang dianggap berisiko, telur tersebut direlokasi ke pusat konservasi untuk proses penetasan yang lebih aman.

Namun, jika kondisi pantai dinilai aman, telur dibiarkan menetap dan menetas secara alami di tempat semula.

Baca juga: Dinas Kelautan pastikan pembatas laut di Serangan dicabut demi nelayan

Ada pun mayoritas penyu bertelur di Pulau Sarangan berjenis penyu lekang dengan nama latin Lepidochelys Olivacea, penyu hijau (Chelonia Mydas) dan penyu sisik (Eretmochelys Imbricata).

Selain konservasi, pihaknya juga memberikan edukasi lingkungan dan pelestarian penyu.

Berdasarkan data Dinas Pariwisata Kota Denpasar, sepanjang tahun 2024, TCEC telah menerima lebih dari 59 ribu kunjungan wisatawan.

Mereka merupakan kalangan pelajar, mahasiswa, wisatawan domestik dan mancanegara, hingga tamu kenegaraan termasuk salah satunya delegasi KTT G20 pada 2022.

Indra menuturkan pengunjung khususnya anak-anak sekolah rata-rata banyak yang baru pertama kali melihat tukik secara langsung dan belajar tentang siklus hidup penyu.

Menurut dia, konservasi penyu di Pulau Serangan bukan hanya melestarikan satwa langka, tapi juga menjaga keseimbangan ekosistem dan warisan budaya lokal yang telah lama menyatu dengan laut.

Ia berharap kolaborasi antara BTID, pemerintah, Desa Adat Serangan, dan masyarakat lokal Pulau Serangan tetap terjaga.

"Hanya dengan sinergi yang kuat, penyu dapat kembali bertelur di Serangan sebagai rumah mereka, sehingga memudahkan untuk melakukan pemantauan secara berkelanjutan," ucapnya.

Baca juga: 100 tukik dilepaskan ke pulau terluar Aceh untuk mendukung konservasi

Baca juga: TCEC Serangan temukan 63 sarang penyu 2023

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |