Tanda dan gejala anak yang mengalami stunting

1 month ago 19

Jakarta (ANTARA) - Membesarkan anak adalah perjalanan penuh harapan dan kebahagiaan bagi setiap orang tua. Namun, tak jarang muncul kekhawatiran ketika perkembangan fisik si kecil tampak lebih lambat dibandingkan anak-anak seusianya.

Misalnya, anak terlihat lebih pendek, kurus, atau tampak lebih kecil meskipun sudah menginjak usia tertentu. Banyak orang tua mungkin mengira hal ini hanya soal genetik atau percaya bahwa anak akan tumbuh tinggi seiring waktu. Padahal, kondisi ini bisa jadi merupakan tanda awal dari stunting masalah gizi kronis yang perlu segera diatasi.

Agar bisa mengambil langkah pencegahan sedini mungkin, penting bagi orang tua mengenali apa itu stunting serta tanda-tanda yang perlu diwaspadai.

Apa itu stunting?

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi yang berlangsung dalam jangka panjang, terutama sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun. Kondisi ini umumnya baru terlihat jelas ketika anak berusia dua tahun, dengan ciri utama tinggi badan yang jauh di bawah rata-rata usianya.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 178 juta anak di bawah usia lima tahun di seluruh dunia mengalami stunting. Di Indonesia, data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan bahwa prevalensi stunting mengalami penurunan, dari 24,4% pada tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022. Meski demikian, angka ini masih cukup tinggi dan menjadi perhatian serius dalam upaya peningkatan kualitas generasi mendatang.

Baca juga: Kemendukbangga tangani 331 ribu keluarga risiko stunting di NTT

Tanda dan gejala anak yang mengalami stunting

Beberapa tanda yang dapat menjadi indikator bahwa anak mungkin mengalami stunting antara lain:

1. Tinggi badan lebih rendah dari anak seusianya

Anak tampak lebih pendek dibanding teman-teman seusianya, bahkan jika berat badannya tampak normal.

2. Proporsi tubuh tampak normal, tetapi terlihat lebih kecil atau lebih muda dari usia sebenarnya

Secara keseluruhan tubuh anak tampak seimbang, tetapi ukuran tubuhnya jauh lebih kecil dari anak seusianya.

3. Berat badan rendah

Anak dengan stunting umumnya memiliki berat badan yang tidak sesuai dengan usianya karena asupan nutrisi yang tidak mencukupi.

4. Pertumbuhan tulang yang tertunda

Ini bisa dikenali dari keterlambatan tumbuh gigi, keterlambatan berdiri atau berjalan, dan perkembangan motorik yang lambat.

Meskipun begitu Tidak semua anak yang memiliki postur pendek tergolong stunting. Hanya dokter yang dapat memastikan apakah seorang anak mengalami stunting atau tidak. Namun, anak yang mengalami stunting sudah pasti memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari standar pertumbuhan usianya.

Anak yang mengalami stunting berisiko lahir dengan berat badan rendah, memiliki tubuh yang kurus dan pendek, serta mengalami keterlambatan dalam perkembangan fisik dan motoriknya. Selain itu, fungsi otak mereka mungkin tidak berkembang secara optimal, yang berdampak pada kemampuan belajar dan kecerdasan. Dalam jangka panjang, anak yang mengalami stunting juga memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit tidak menular saat dewasa, seperti diabetes, stroke, dan penyakit jantung.

Dengan mengenali tanda-tanda awal stunting, orang tua dapat mengambil langkah pencegahan yang tepat sejak dini. Ingat, investasi gizi sejak awal kehidupan adalah kunci menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan produktif di masa depan.

Baca juga: UNICEF: Hampir separuh anak balita di Yaman alami gizi buruk

Baca juga: Kemdiktisaintek dorong implementasi riset untuk tekan stunting di NTT

Pewarta: Allisa Luthfia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |