Jakarta (ANTARA) - Studi yang dilakukan oleh tim dari Tanoto Foundation yang berjudul The Effectiveness of Different Modalities of Digital-based Teacher Training Program in Indonesia menyebut pengembangan guru harus mempertimbangkan keragaman wilayah.
"Pendekatan pengembangan profesional guru harus mempertimbangkan keragaman konteks wilayah dan tantangan yang dihadapi di lapangan. Pendekatan seragam (one size fits all) justru berisiko mengabaikan kebutuhan nyata di daerah," ujar Education Specialist Lead Tanoto Foundation Golda Eva Simatupang, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Oleh karena itu, lanjut dia, diferensiasi strategi pelatihan menjadi kunci agar kebijakan dapat diimplementasikan secara adaptif dan berdampak di berbagai kondisi lokal.
Hasil studi yang dilakukan oleh Golda Simatupang, Murni Leo, dan Alexander Haratua itu dipaparkan pada konferensi pendidikan internasional Comparative and International Education Society (CIES) 2025 di Chicago, Amerika Serikat, Maret 2025.
Baca juga: Pemerhati: Pengembangan kapasitas guru butuh kolaborasi semua pihak
Studi itu menguji efektivitas berbagai pendekatan dan metode pelatihan guru berbasis digital (daring), serta memberikan bukti empiris mengenai bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan secara strategis untuk memperluas dampak pelatihan guru, terutama di daerah dengan keterbatasan infrastruktur pendidikan.
Tanoto Foundation kemudian mengembangkan dan mengimplementasikan empat pendekatan pelatihan guru berbasis digital yang berbeda, yakni pelatihan sepenuhnya mandiri melalui platform online atau Massive Open Online Courses (MOOCs), pelatihan mandiri yang dilengkapi dengan satu kali sesi pendampingan lewat telekonferensi.
Kemudian pelatihan mandiri yang ditambah dengan satu kali pertemuan tatap muka dalam kelompok kerja guru di komunitas, dan pelatihan yang lebih terstruktur melalui platform digital dengan pendampingan intensif dari fasilitator terlatih.
Baca juga: Lestari: Peningkatan kapasitas guru harus konsisten dijalankan
“Fokus empat pendekatan pelatihan ini pada peningkatan kapasitas guru dalam menerapkan metode pembelajaran aktif di ruang kelas, sesuai dengan standar kompetensi guru yang ditetapkan dalam Program PINTAR Tanoto Foundation (sebuah program yang bertujuan meningkatkan literasi dan numerasi siswa Indonesia lewat pengembangan kapasitas pendidik, sistem dan kebijakan pendidikan, serta pendidikan guru),” kata Golda.
Studi itu menganalisis sekitar 17.000 data pelatihan yang dihimpun dari lebih dari 30 kabupaten/kota di Indonesia selama periode 2021 hingga 2023. Data yang digunakan mencakup hasil kuis dalam aplikasi, analitik pengguna di LMS, survei online, serta catatan administratif pelatihan.
Melalui analisis deskriptif, tim peneliti membandingkan sejumlah aspek penting dari keempat pendekatan pelatihan tersebut, antara lain tingkat penyelesaian pelatihan, tingkat penyerapan materi, perilaku pengguna, motivasi belajar, strategi pelaksanaan di lapangan, hingga efisiensi biaya pelatihan.
Baca juga: Kemenag apresiasi pelatihan pengembangan kapasitas guru oleh AIDRAN
“Salah satu temuan utama dari penelitian ini adalah pelatihan guru berbasis digital dapat menjadi alat yang efektif dan efisien dalam menyebarkan pengetahuan secara luas, terutama di wilayah dengan keterbatasan akses,” kata Head of Monitoring, Learning, and Evaluation Tanoto Foundation Murni Leo.
Pewarta: Indriani
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025