Bandung (ANTARA) - Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat mengungkap usia Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti tinggal 41 hari, karenanya Bandung Raya diminta untuk mengoptimalkan pemanfaatan teknologi guna mengatasi permasalahan sampah.
"Dengan penuhnya zona 1, 2, dan 4, saat ini ada kapasitas 50 ribu ton sampah di zona 3. Kini sedang dilakukan finishing zona 5 yang baru bisa dioperasikan pada pertengahan Juni 2025. Rata-rata sampah masuk ke Sarimukti setiap hari mencapai 1.200 ton, artinya hanya 41 hari, sehingga ini mepet sekali (untuk dilakukan solusi nyata)," kata Herman di Gedung Pakuan Bandung, Senin.
Karenanya, Herman mengatakan kabupaten dan kota di Bandung Raya harus memanfaatkan teknologi yang ada untuk mengatasi permasalahan sampah karena tidak bisa terus bergantung pada TPA Sarimukti.
Pemprov Jawa Barat, kata dia, berencana menyediakan puluhan insenerator motah dengan kapasitas 10 ton/hari, kemudian maggotisasi dan komposting meski jumlahnya terbatas untuk mengatasi masalah sampah di Bandung Raya.
Baca juga: Sekda Jabar benarkan gunungan sampah di Sarimukti longsor
Rencana ini lahir dalam rapat di Gedung Pakuan antara Pemprov Jabar bersama Kodam III/Siliwangi, ahli dari ITB serta Bupati/Wali Kota Sumedang, Cimahi, Bandung, serta perwakilan dari Kabupaten Bandung dan Bandung Barat.
Rencananya untuk insenerator, Kota Bandung akan disiapkan sekitar 60 unit insenerator, Cimahi sekitar enam unit, Kabupaten Bandung 25 unit, Bandung Barat sekitar 10 unit.
"Total 84 unit. Biaya estimasi sekitar Rp117 miliar (Rp1,4 miliar/unit). Pembiayaan dilakukan secara gotong royong antara Pemprov dan Pemda Kabupaten/Kota, masing-masing setengah-setengah," ujarnya.
Sementara rencana jangka panjang, usia pakai Sarimukti masih bisa bertahan sampai pertengahan 2028, sebelum beralih ke Waste to Energy di Legok Nangka yang tinggal menunggu surat penugasan dari Kementerian ESDM ke PLN.
Baca juga: Pemkot Bandung: Pengangkutan sampah ke TPA Sarimukti alami penurunan
"Jika berjalan lancar, pembangunan dimulai awal 2026. Durasi konstruksi diminta 36 bulan (tiga tahun), agar bisa operasional tepat saat usia pakai Sarimukti habis. Namun, konsorsium meminta waktu 42 bulan. Masih dalam proses negosiasi," ucapnya.
Pihaknya pun mengimbau kepada masyarakat agar mulai serius mengelola sampah dari rumah. Sebab, dari 1.200 ton sampah yang masuk ke Sarimukti setiap hari, sekitar setengahnya adalah sampah makanan yang seharusnya bisa dikelola sendiri.
"Jika tidak ada upaya serius, krisis sampah bisa semakin dekat. Bandung lautan sampah bukan sekadar slogan, tapi potensi nyata. Insenerator adalah langkah darurat, tapi upaya jangka panjang seperti daur ulang, pemilahan, dan edukasi juga harus terus dilakukan. Semua pihak, termasuk camat, lurah, hingga aparat TNI-Polri diminta turut serta mengedukasi masyarakat," tuturnya menambahkan.
Sementara, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menyatakan, Kota Bandung sudah memproduksi lebih dari 1.600 ton sampah, namun daya olahnya belum naik signifikan. Karenanya, Pemprov Jabar berkomitmen membantu membangun dan menambah beberapa titik insenerator.
Baca juga: Pemkot Bandung dapat tambahan lima ritase sampah ke TPA Sarimukti
"Pemkot Bandung juga tengah menyiapkan lahan untuk 60 insenerator yang diinstruksikan. Kami pun meminta bantuan Gubernur Dedi Mulyadi untuk mempercepat perizinan dari Kementerian LH terkait insenerator dan percepatan dari Kementerian PU untuk penerapan teknologi RDF," ucap Farhan.
Baca juga: Pemkot Bandung perkuat pendekatan kewilayahan tekan sampah dari sumber
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025