Jakarta (ANTARA) - Sastrawan Ibnu Wahyudi mengemukakan bahwa pemerintah perlu menjalankan program pembinaan untuk mendorong peningkatan kreativitas dalam penulisan puisi.
Saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Selasa, dosen Universitas Indonesia itu menyampaikan bahwa puisi dapat dikatakan sebagai karya sastra yang lebih banyak ditulis dibandingkan dengan prosa atau drama.
"Sebabnya, proses penciptaannya relatif lebih cepat dan ruang untuk memuatnya tersedia," katanya, menambahkan, saat ini puisi bisa dipublikasikan di platform digital seperti media sosial dan blog.
Meskipun banyak karya puisi yang dipublikasikan, tidak semuanya dapat dikatakan berkualitas bagus.
Ibnu Wahyudi mengemukakan setidaknya tiga masalah dalam penulisan puisi yang dia dapati saat ini, yang pertama, masih banyak penulis puisi yang sesungguhnya belum menguasai konsep dasar penciptaan puisi.
"Banyak dari mereka yang tidak memahami pentingnya seleksi diksi, pemanfaatan metafora yang signifikan, dan musikalitas komposisi puisi," katanya.
Baca juga: Puisi W.S Rendra bantu aktris Acha Septriasa mendalami peran
Masalah penulisan puisi yang kedua, menurut Ibnu Wahyudi, masih banyak orang yang menganggap puisi seperti prosa. Ini terlihat dari banyaknya karya puisi yang sebenarnya narasi biasa yang ditulis dalam bait-bait.
Selain itu, dia mengatakan, masih banyak pembuat puisi yang terlihat belum memahami jenis-jenis puisi.
Ia juga menyampaikan bahwa banyaknya karya puisi yang dipublikasikan tidak selaras dengan jumlah pembacanya.
"Artinya, puisi lahir terus tapi pembacanya yang terus tertinggal. Maksudnya, banyak orang menulis puisi tapi enggan atau malas membaca puisi karya orang lain," katanya.
Baca juga: Gurindam 12 diupayakan bisa masuk daftar memori kolektif bangsa
Ibnu Wahyudi menyampaikan bahwa pemerintah perlu menyediakan fasilitas pengembangan kreativitas penulisan puisi dan penerbitan karya puisi.
Menurut dia, dalam hal ini pemerintah bisa menyediakan fasilitas pelatihan puisi dan sanggar kerja serta menyelenggarakan lomba-lomba cipta puisi.
"Pemerintah harus menyediakan fasilitas dan dana untuk program seperti ini," katanya.
Dia juga mengemukakan perlunya upaya untuk meningkatkan apresiasi terhadap karya-karya puisi, antara lain melalui pembelajaran puisi di sekolah.
"Sastra di sekolah harus ditempatkan sebagai bukan bahasan untuk dihafalkan tetapi untuk diapresiasi dan dihargai," katanya.
Baca juga: Menbud: Platform digital bisa dimanfaatkan untuk promosikan pantun
Baca juga: Menteri Kebudayaan resmikan Museum Sastra dan Rumah Puisi Taufiq Ismail
Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2025