Rupiah diprediksi melemah karena aksi "profit taking" pelaku pasar

3 hours ago 1

Jakarta (ANTARA) - Analis Bank Woori Saudara Rully Nova mengatakan pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah karena aksi profit taking dari pelaku pasar.

“Rupiah pada perdagangan hari ini diperkirakan melemah di kisaran Rp16.590-Rp16.640 karena aksi profit taking dari pelaku pasar juga, dipengaruhi oleh faktor global tren penguatan index dollar sehubungan dengan shutdown pemerintah federal AS (Amerika Serikat (AS) yang masih berjalan,” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.

Mengutip Sputnik, pemerintah federal AS kembali menjalani penutupan sebagian setelah Partai Republik dan Demokrat gagal mencapai kesepakatan mengenai pendanaan sementara sebelum batas waktu Rabu (1/10) tengah malam.

Tahun fiskal 2024 telah berakhir pada 30 September, namun Kongres belum menyepakati anggaran untuk tahun mendatang.

Baca juga: BI: Inflasi September terjaga, didukung kebijakan moneter dan GNPIP

Anadolu juga melaporkan bahwa penutupan pemerintah AS dibarengi dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) pegawai federal. Langkah itu diambil karena Partai Demokrat dianggap memaksa pemerintahan untuk bertindak.

Wakil Presiden JD Vance menyampaikan dalam jumpa pers di Gedung Putih bahwa PHK akan segera dilakukan bila penutupan berlangsung lebih lama. Ia menegaskan langkah tersebut tidak diinginkan, tetapi diperlukan agar layanan penting bagi masyarakat tetap berjalan.

Vance juga membantah tuduhan bahwa pemerintahan Trump menargetkan pegawai federal untuk alasan politik. Menurutnya, pemerintah berfokus menjaga agar sebanyak mungkin layanan esensial dapat tetap berfungsi.

“Sementara dari domestik, sentimennya masih positive seiring dengan mulai kembali masuknya asing ke pasar keuangan Indonesia setelah mereda kekhawatiran terkait burden sharing pembiayaan BI (Bank Indonesia) dan pemerintah, "ungkap dia.

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |