James Cameron: Gen AI tak akan bisa gantikan seniman dan aktor manusia

1 hour ago 2

Jakarta (ANTARA) - Sutradara kawakan James Cameron menyampaikan pandangannya bahwa teknologi kecerdasan buatan (AI) generatif tak akan menggantikan peran seniman dan aktor manusia.

Dalam wawancara bersama Variety pada September yang dipublikasikan Rabu (1/10), James Cameron menegaskan pengalamannya bekerja dengan para seniman visual effect (VFX) membuatnya yakin AI tak akan pernah bisa menggantikan manusia maupun seniman sejati.

“Budaya kreatif di antara para seniman ini begitu kuat hingga saya bisa melihat satu adegan untuk pertama kali dan langsung berkata, ‘sudah selesai’. Jadi gagasan untuk terus mendorong mereka berpikir sebagai pencerita benar-benar membuahkan hasil,” kata Cameron.

“Inilah alasan mengapa teknologi Gen AI tidak akan pernah bisa menggantikan hal itu. Kita membutuhkan para seniman. Para senimanlah yang harus mengendalikan proses ini, bukan sebaliknya,” tambah dia.

Kendati demikian, sutradara film “Titanic” itu tetap terbuka terhadap penggunaan AI bisa dimanfaatkan untuk dapat membantu menekan biaya produksi film tanpa harus memangkas karyawan, sebagaimana dilaporkan NME.

Baca juga: Setelah di Jepang, Ai Ogura akan absen di MotoGP Indonesia

Namun, James Cameron menegaskan kewaspadaannya terhadap potensi masa depan yang dibawa AI, bahkan menyebut kemungkinan terjadinya skenario seperti dalam film “The Terminator” di dunia nyata bila AI digabungkan dengan sistem persenjataan, termasuk sistem nuklir.

“Saya merasa kita berada di ambang perkembangan besar dalam sejarah manusia, di mana ada tiga ancaman eksistensial, yakni perubahan iklim dan kerusakan lingkungan, senjata nuklir, dan kecerdasan super. Semuanya sedang muncul dan memuncak di saat yang bersamaan,” tutur dia.

Pada September tahun lalu, James Cameron juga bergabung dengan dewan direksi Stability AI yang diungkapnya keterlibatannya tersebut bukan demi keuntungan, melainkan untuk memahami arah pengembangan AI di industri film, terutama di bidang VFX.

“Tujuannya untuk memahami ruang itu, memahami apa yang ada di pikiran para pengembang, apa yang ditargetkan, siklus perkembangan seperti apa, dan tujuan saya adalah mencoba mengintegrasikannya ke dalam alur kerja VFX," ujar dia.

Selama beberapa tahun terakhir, seiring meningkatnya penggunaan AI di hampir setiap industri, penerapannya dalam dunia perfilman dan hiburan telah menjadi topik perdebatan.

Bahkan, baru-baru ini memanas usai aktor dan komedian asal Belanda, Eline Van der Velden, memperkenalkan aktor AI bernama Tilly Norwood di Festival Film Zurich awal pekan ini.

Tilly Norwood dilaporkan menarik perhatian sejumlah agen bakat, hingga debutnya itu memicu kemarahan di kalangan aktor Hollywood dengan nama-nama besar seperti Emily Blunt dan Natasha Lyonne ikut mengecam penciptaan aktor AI tersebut.

Serikat Screen Actors Guild-American Federation of Television and Radio Artists (SAG-AFTRA) juga mengutuk keberadaan aktor AI dan mendesak agensi bakat untuk tidak mendukung penggunaannya.

“Kreativitas adalah, dan seharusnya tetap, berpusat pada manusia, serta menentang penggantian aktor manusia dengan sosok sintetis,” tulis SAG-AFTRA dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Wamenkomdigi sebut AI fondasi transformasi industri telekomunikasi

Baca juga: James Cameron mengaku khawatir dengan keberlanjutan film "Avatar"

Penerjemah: Sri Dewi Larasati
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |