Roblox dan edukasi digital

1 month ago 14
Kurikulum sekolah semestinya memasukkan tema-tema etika digital, keamanan online, dan kesadaran akan jejak digital

Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika, mempertimbangkan akan memblokir game online Roblox pada awal Agustus 2025. Langkah ini memicu beragam reaksi.

Di satu sisi, banyak orang tua merasa lega karena anak mereka tidak lagi bisa mengakses game yang dituding berisi konten tidak ramah anak. Di sisi lain, muncul pertanyaan: benarkah pelarangan adalah jalan keluar terbaik?

Game Roblox bukan sekadar permainan digital. Ia adalah dunia virtual tempat anak-anak bisa bermain sekaligus menciptakan game mereka sendiri. Roblox adalah wadah kreasi interaktif yang memungkinkan jutaan pengguna, sebagian besar anak-anak dan remaja, membangun dunia digital, belajar logika, bahkan melakukan transaksi ekonomi digital melalui mata uang virtual Robux.

Namun, popularitas Roblox juga menyimpan risiko serius. Game ini dikritik karena minim penyaringan konten. Banyak permainan buatan pengguna memuat kekerasan, horor, bahkan seksual terselubung. Interaksi sosial lewat fitur chat terbuka lebar pada kemungkinan perundungan siber, ajakan dari orang asing, atau paparan bahasa kasar yang tidak layak bagi anak-anak.

Pengalaman penulis, ketika menyaksikan anak sendiri bermain game Roblox. Ia bermain dan melakukan percakapan satu-sama lain. Kadang-kadang yang satu mengeluarkan kata-kata kasar ketika bertindak curang. Namun yang lainnya memberi pujian ketika bermain dengan jujur.

Di sisi lain, sistem pembelian dalam aplikasi juga mengarahkan anak pada pola konsumtif, yang tidak sehat jika tidak dikontrol. Tidak jarang anak kerap kali minta agar menggunakan uang digital agar bisa bermain tanpa pembatasan akses. Keinginannya ditolak dengan alasan kontrol nafsu anak.

Dalam konteks inilah, keputusan pemerintah memblokir Roblox mendapat justifikasi. Ini adalah bentuk perlindungan negara terhadap warganya yang paling rentan. Namun, pertanyaannya, apakah pelarangan total cukup menyelesaikan persoalan?

Baca juga: Soal gim Roblox, Istana: Jika ada unsur kekerasan bisa diblokir

Dunia anak tidak lagi tertutup

Kita hidup di zaman di mana batas antara ruang privat dan publik semakin kabur, termasuk bagi anak-anak. Dulu dunia anak dibatasi oleh pagar rumah atau halaman sekolah. Kini, dunia anak terhubung langsung ke jagat digital global, 24 jam sehari. Mereka bukan hanya bermain, tetapi hidup dan bersosialisasi di sana.

Maka dari itu, melarang satu platform digital seperti Roblox memang dapat mencegah risiko dalam jangka pendek, tetapi belum tentu efektif untuk jangka panjang. Sebab akan selalu ada platform baru, aplikasi baru, dan pintu-pintu lain menuju dunia virtual yang terbuka bagi siapa saja, termasuk anak-anak.

Yang lebih mendesak dari pelarangan adalah bagaimana kita, sebagai orang tua dan pendidik, ikut hadir dan melek dalam dunia digital yang dihuni anak-anak. Sayangnya, banyak orang dewasa yang merasa cukup dengan hanya mengontrol, melarang, atau mencabut akses.

Baca juga: Ketua Komisi X DPR imbau orang tua melek teknologi awasi gim daring

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |