Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia resmi mengantongi pendanaan sebesar 60 juta dolar AS atau setara Rp994,68 miliar (kurs Rp16.578) dari tiga mitra internasional guna membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Saguling di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Pendanaan tersebut berasal dari lembaga pembiayaan pembangunan Jerman (DEG), lembaga pembiayaan pembangunan Prancis (PROPARCO), dan Standard Chartered Bank asal Inggris.
"Investasi di PLTS Terapung Saguling bukan sekadar proyek pembangkit listrik tenaga surya. Ini merupakan simbol semangat kolaboratif antara Pemerintah Indonesia, masyarakat internasional, dan sektor swasta untuk mempercepat transisi menuju energi bersih sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Penandatanganan Investasi PLTS Terapung Saguling di Kantor Kemenko Perekonomian, Selasa.
Proyek ini merupakan bagian dari kemitraan Just Energy Transition Partnership (JETP) yang bertujuan mempercepat transisi energi bersih dan ramah lingkungan di Indonesia.
PLTS Terapung Saguling dikembangkan oleh PLN Indonesia Power bersama ACWA Power, dan memiliki kapasitas terpasang sebesar 92 megawatt peak (MWp).
Proyek ini diperkirakan mampu mengurangi emisi karbon hingga 63.100 ton per tahun, sekaligus meningkatkan produksi listrik tenaga surya nasional sebesar 13 persen.
Airlangga menyampaikan apresiasi atas kepercayaan para mitra internasional terhadap potensi energi terbarukan Indonesia.
Ia menegaskan, pemerintah terus berkomitmen menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui reformasi regulasi, insentif, dan kemitraan publik-swasta sebagai bagian dari strategi menuju emisi nol karbon (Net Zero Emission/NZE) pada 2060.
“Saya ingin mengajak semua pihak untuk terus memperkuat kolaborasi, terus berinovasi, dan menjaga semangat optimisme dalam perjalanan kita menuju masa depan energi yang bersih, berkelanjutan, dan adil bagi Indonesia,” katanya.
Dukungan terhadap proyek ini juga datang dari Pemerintah Prancis dan Inggris. Duta Besar Prancis untuk Indonesia Fabien Penone menegaskan bahwa PROPARCO berkomitmen mendukung pengembangan energi terbarukan yang inovatif di Indonesia.
Sementara itu, Duta Besar Inggris untuk Indonesia Dominic Jermey menyampaikan bahwa transisi energi Indonesia menunjukkan perkembangan positif dan menjadi bukti kuat komitmen bilateral dalam kemitraan strategis JETP.
“Sekitar 20 proyek JETP lainnya saat ini sedang dalam proses, dengan nilai masing-masing sekitar 5 miliar dolar AS per negara anggota. Inggris pun menantikan penandatanganan jaminan JETP senilai 1 miliar dolar AS dalam beberapa pekan ke depan, sebagai bentuk dukungan terhadap target transisi energi Indonesia,” jelasnya.
Pemerintah Kanada, Denmark, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Norwegia, dan Uni Eropa membentuk IPG yang berkomitmen untuk mendukung JETP Indonesia melalui pendanaan pembangunan.
Selanjutnya, IPG tersebut bekerja sama dengan The Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ) yang merupakan koalisi global dimana terdiri dari lembaga-lembaga keuangan terkemuka.
Pada awal tahun 2025, Jerman mengambil alih kepemimpinan IPG di JETP Indonesia bersama Jepang.
Melalui kelompok kerja yang dibentuk oleh GFANZ, lembaga keuangan terkemuka seperti Standard Chartered, berkomitmen untuk memobilisasi pendanaan swasta dan memfasilitasi investasi guna mendukung transisi energi Indonesia bersama dengan IPG.
Kolaborasi IPG dan sejumlah lembaga keuangan tersebut akan memobilisasi pendanaan hingga 20 miliar dolar AS.
Baca juga: PLN IP penuhi listrik masyarakat daerah terluar dengan energi bersih
Baca juga: RI dan mitra internasional finalisasi pembiayaan PLTS Saguling
Baca juga: PLN Indonesia Power perkuat industri PLTS dari hulu hingga hilir
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025