Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Ratusan keris pusaka milik pribadi maupun milik pemerintah daerah hingga lembaga adat desa dipamerkan dalam Festival Budaya Spiritual 2025 yang berlangsung di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso, Tulungagung, Jawa Timur.
Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Tulungagung dan Kementerian Kebudayaan dan dijadwalkan berlangsung mulai Kamis (10/7) hingga Minggu (14/7).
Festival bertema "Yatra Tuk Jiwa" itu menjadi wadah aktualisasi budaya spiritual yang masih hidup di tengah masyarakat, khususnya pelestarian warisan tosan aji.
Selain menampilkan keris milik warga, festival juga memamerkan koleksi keris tokoh nasional.
"Tahun ini lebih istimewa karena menampilkan tiga keris milik Menteri Kebudayaan Fadli Zon, dan satu keris milik Presiden Prabowo Subianto," kata Staf Khusus Menteri Kebudayaan Bidang Sejarah dan Perlindungan Warisan Budaya, Basuki Teguh Yuwono, Kamis.
Tiga keris milik Fadli Zon masing-masing adalah Ki Naga Liman dari Jambi dan dua keris Cakranegara asal Lombok.
Sementara keris milik Presiden Prabowo berasal dari Buleleng, dan kini disimpan di Fadli Zon Library.
Basuki menyebut budaya Tulungagung memiliki keunikan tersendiri karena merupakan perpaduan pengaruh budaya Yogyakarta dan Surakarta, baik dalam seni tari, kuliner, maupun tradisi spiritual masyarakat.
Baca juga: Pemerintah daerah dukung pelestarian tradisi jamasan keris Sunan Kudus
Baca juga: Pameran keris di Temanggung sebagai edukasi pelestarian budaya
"Ini menjadi kekayaan budaya yang sangat menarik dan layak diangkat ke level nasional," katanya.
Selain pameran, pengunjung juga bisa menyaksikan langsung proses penempaan keris oleh empu, hingga membeli koleksi keris yang ditampilkan.
Kegiatan lain yang turut meramaikan festival meliputi prosesi jamasan Tombak Kyai Upas, pentas Jaranan Senterewe, hingga permainan tradisional.
Melalui kegiatan ini, diharapkan ekosistem budaya lokal, termasuk kerajinan tosan aji dan kuliner tradisional, dapat kembali menggeliat.
Kurator Pemeran Tosan Aji, Budi Plandang, mengungkapkan, lebih dari 50 pusaka kepala desa maupun lembaga adat ikut dipamerkan dan diperlombakan dalam kegiatan itu.
Pusaka-pusaka yang dipamerkan lalu dikurasi oleh kurator untuk dinilai berdasar keorisinalan sepuh keris, proses/keutuhan pusaka, hasil garapan (bentuk) hingga warangka dan detil pendukung lainnya.
"Acara (pameran) ini digelar sebagai upaya melestarikan nilai-nilai budaya adiluhung dan spiritualitas Nusantara, sekaligus menjadi ruang dialog lintas budaya dan pengenalan tradisi lokal ke generasi muda," kata Budi.
Di sela pameran ada pula demo atau pertunjukan pembuatan keris oleh sejumlah empu muda, bertempat di samping lendopo.
Menurut Budi Plandang, peragaan pembuatan keris itu menjadi media edukasi bahwa proses pembuatan pusaka keris dilakukan secara teknis yang alamiah dan sangat rasional, bukan mistis seperti mitos yang menyebut keris dibuat oleh empu hanya dengan cara dipijit sehingga bentuknya meliuk-liuk seperti ular.
Baca juga: Fadli Zon menilai pentingnya pelestarian budaya keris Sulawesi Selatan
Baca juga: Menengok proses pembuatan keris di Karanganyar, Jawa Tengah
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.