Rano bertekad membawa industri perfilman ke level global

2 hours ago 2
Saya hadir di Cannes tak hanya mewakili Pemprov DKI Jakarta, tetapi sebagai bagian dari komunitas perfilman yang ingin melihat talenta Indonesia bersinar di panggung global

Jakarta (ANTARA) - Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta Rano Karno bertekad membawa industri kreatif khususnya perfilman yang ada di DKI Jakarta ke level global.

Hal tersebut disampaikan Rano di salah satu kegiatan Festival Film Cannes 2025, Prancis, yakni red carpet premiere film "Renoir" yang digelar di Grand Auditorium Louis Lumière, Esplanade Georges Pompidou, Cannes. Film Renoir merupakan kolaborasi internasional antara produser dan sutradara dari Jepang, Prancis, Singapura, Filipina, dan Indonesia.

"Kegiatan ini tidak hanya menjadi simbol dukungan terhadap sineas Indonesia, tetapi juga bentuk nyata diplomasi budaya dan promosi Jakarta sebagai kota sinema kelas dunia," kata Rano dalam keterangan resminya di Jakarta, Minggu.

Baca juga: Jakarta inisiasi "Film Commission" pertama di Indonesia

Sebelum menghadiri red carpet, Rano menyempatkan diri untuk menghadiri pertemuan antara para pelaku industri film Indonesia dengan Tokyo Film Commission, yang menjadi sesi penting di Paviliun Jakarta.

Forum ini membahas peluang kerja sama dalam produksi film lintas negara, termasuk potensi pertukaran teknis dan kreatif antara Jakarta dan Tokyo.

Kehadiran Rano di forum ini sekaligus menyampaikan pesan kuat bahwa Jakarta terbuka bagi investasi kreatif, dan siap membangun jejaring kerja sama yang inklusif dan saling menguntungkan.

Selain itu, Rano juga menggelar pertemuan bilateral informal bersama delegasi Netherlands Film Commission di Bistrot de Lerins, Cannes.

Baca juga: Wagub Rano kenalkan Jakarta sebagai kota sinema di Cannes

Delegasi Belanda dipimpin Mr. Roeland Oude Nijhuis, seorang penggerak utama dalam promosi industri film Belanda di kancah global. Kedua pihak membahas sejumlah inisiatif kerja sama yang dapat dijalin, termasuk pertukaran lokasi syuting, kolaborasi co-production, hingga pemanfaatan festival sebagai platform diplomasi budaya.

Selain itu, Rano menegaskan, Jakarta tidak hanya siap secara teknis, tetapi juga memiliki semangat kolaboratif dalam membangun ekosistem perfilman yang sehat dan kompetitif.

Rano juga menyoroti potensi ekonomi kreatif Jakarta yang besar, khususnya dalam subsektor film sebagai salah satu motor pertumbuhan ekonomi kota di masa mendatang.

"Saya hadir di Cannes tak hanya mewakili Pemprov DKI Jakarta, tetapi sebagai bagian dari komunitas perfilman yang ingin melihat talenta Indonesia bersinar di panggung global," ujar Rano.

Baca juga: DKI jalin kerja sama produksi film dengan Korsel

Oleh karena itu, Pemprov DKI Jakarta berkomitmen penuh untuk menjadi mitra strategis bagi para sineas, melalui regulasi yang berpihak, skema pembiayaan, hingga promosi global.

"Jakarta harus menjadi rumah dan sekaligus jendela dunia bagi industri kreatif Indonesia. Ini bukan semata seremoni, melainkan bagian dari strategi menyeluruh Pemprov DKI Jakarta dalam mewujudkan visi Jakarta Kota Sinema," ucap Rano.

Hal ini melalui pendekatan lintas sektor, dari kebijakan kemudahan perizinan syuting, insentif pajak, kolaborasi dengan BUMD seperti Bank DKI dan JXB untuk skema pembiayaan film, hingga penggunaan ruang-ruang iklan publik milik Pemprov untuk promosi film Indonesia.

Sehingga Jakarta menempatkan diri sebagai tuan rumah ramah bagi para sineas dunia. Festival Cannes ini juga menjadi panggung internasional dimana diplomasi budaya dipadukan dengan misi strategis pembangunan ekonomi kreatif berbasis nilai dan identitas lokal.

Baca juga: Legislator: Jakarta kota perfilman bisa jadi ajang promosikan wisata

Menurut Rano, Jakarta tidak hanya ingin hadir di layar lebar dunia, tetapi juga menjadi rumah bagi pertumbuhan industri kreatif yang berkelanjutan dan mendunia.

Ikut hadir dalam ajang ini Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon dan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Andhika Permata.

Di dalam film Renoir, tidak terlepas dari peran produser perempuan Indonesia Yulia Evina Bhara atau yang akrab disapa Ebe. Ebe merupakan sosok sineas yang konsisten membawa film-film Indonesia ke panggung dunia.

Film Renoir disutradarai oleh Chie Hayakawa mengisahkan Fuki, seorang gadis berusia 11 tahun yang hidup di Tokyo pada tahun 1987. Di tengah kerasnya realitas kehidupan keluarga dan tekanan sosial, Fuki menemukan pelarian dalam imajinasi yang indah tentang telepati dan kemampuan supranatural.

Hal itulah yang membuka jendela untuk memahami kondisi batin anak-anak dalam konteks budaya urban Asia saat itu. Film ini menjadi salah satu pesaing utama di kategori Un Certain Regard karena menunjukkan kekuatan sinema Asia yang inklusif dan reflektif.

Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |