Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak dari Universitas Indonesia dr. Tiara Nien Paramita M.Sc Sp.A mengatakan rangkaian alergi atau allergic march mulai dari satu tahun pertama kehidupan bisa berkembang dipicu oleh beragam faktor salah satunya lingkungan tempat tinggal.
“Jadi misalnya kalau sudah diatasi harusnya Allergic march-nya gak berjalan, tetapi tergantung kalau misalnya dia setiap hari dipaparkan pada asap rokok misalnya, ya di kemudian hari risiko asmanya atau rinitis alerginya akan meningkat,” kata Tiara dalam diskusi mengenai alergi susu sapi di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan, pada satu tahun pertama kehidupan, alergi yang paling sering dialami anak adalah alergi pada makanan, dan angka kejadian paling umum adalah pada susu sapi.
Seiring berjalannya usia, alergi pada makanan atau susu sapi bisa toleran dengan penanganan cepat ke dokter anak, namun akan muncul alergi-alergi lain seperti asma dengan gejala sering batuk di malam hari, rinitis alergi atau alergi atopi pada kulit jika lingkungan anak tidak terjaga.
Tiara mengatakan faktor lingkungan sangat memengaruhi perkembangan alergi anak, seperti paparan asap rokok sehari-hari, polusi atau penanganan kelembaban yang kurang pada kulit yang bisa terus memicu gatal-gatal.
Baca juga: Kecemasan orang tua bisa memperparah alergi pada anak
Selain itu, faktor genetik juga berpengaruh terhadap perkembangan alergi anak, di mana jika kedua orang tua memiliki alergi maka kemungkinan besar anak juga memiliki alergi yang sama.
“Jadi kalau satu orang tua, mamanya aja atau papanya aja, anaknya itu berisiko sekitar 40 persen dan kalau keduanya alergi itu bisa naik sampai 60 persen, dan bila keduanya alerginya sama misalnya mama papa asma, resiko alergi asma bisa naik sampai 60-80 persen,” jelas Tiara.
Rangkaian alergi yang tidak tertangani dengan baik bisa menyebabkan kualitas hidup dan prestasi anak menurun. Tiara menjelaskan jika alergi asma atau rinitis anak menjadi tidak bisa tidur, selain itu amandelnya juga bisa membesar dan menyebabkan gangguan tidur.
Hal ini berpotensi anak tidak fokus di pagi hari untuk sekolah karena tidur yang tidak berkualitas, dan berdampak pada prestasi yang menurun karena kesulitan belajar.
Ia mengatakan anak dengan alergi bisa tetap tumbuh optimal dengan tetap didampingi dengan nutrisi yang baik dan melindungi anak dari paparan lingkungan yang tidak sehat yang bisa memicu rangkaian alergi saat anak tumbuh besar.
Baca juga: Ini dampak buruk konsumsi gluten dan dairy bagi penderita alergi
Baca juga: Ciri-ciri roti bebas gluten dan susu sapi aman untuk penderita alergi
Baca juga: Konsumsi gluten bagi yang alergi berisiko picu kerusakan pencernaan
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































