Produsen baja dorong kolaborasi masa depan industri rendah emisi

5 hours ago 3

Jakarta (ANTARA) - PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), produsen baja terintegrasi di Indonesia, kembali menegaskan komitmen terhadap keberlanjutan dengan mendorong kolaborasi berbagai sektor terhadap implentasi industri hijau yang rendah emisi.

Presiden Direktur GRP, Fedaus di Jakarta, Kamis menyatakan keberlanjutan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari strategi bisnis perusahaan.

"Sektor baja yang dikenal memiliki emisi tinggi perlu menjadi bagian dari solusi, melalui adopsi teknologi yang lebih bersih, efisien, dan transparan," katanya.

GRP telah mengimplementasikan proses produksi berbasis teknologi Electric Arc Furnace (EAF) sepenuhnya, dengan sekitar 70 persen bahan baku berasal dari scrap.

Pendekatan ini tidak hanya mampu mengurangi emisi karbon secara signifikan, tetapi juga memperkuat kontribusi terhadap ekonomi sirkular.

Selain itu, GRP mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap dengan kapasitas terpasang sebesar 9,3 megawatt-peak (MWp), menjadikannya salah satu instalasi rooftop solar terbesar di Jawa Barat.

Baca juga: Memperkuat industri baja sebagai urat nadi pertahanan

Berbagai capaian keberlanjutan GRP telah mendapatkan pengakuan dari pemerintah dan lembaga independen. Perusahaan telah meraih sertifikasi Standar Industri Hijau dari Kementerian Perindustrian dan Green Label Indonesia dari Green Product Council Indonesia (GPCI) dengan predikat Gold.

"Kami juga telah mengadopsi Environmental Product Declaration (EPD) untuk meningkatkan transparansi jejak karbon pada produk-produk perusahaan," katanya.

Selain itu mempersiapkan perusahaan dalam menghadapi implementasi regulasi berskala global seperti Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM).

Baca juga: PT AM/NS Indonesia ekspor 10.000 ton produk baja lapis seng ke AS

Pada kesempatan itu Fedaus memaparkan keikutsertaan GRP dalam Forum Industri Hijau Nasional 2025 di Bandung, Jawa Barat pada 30 April lalu sebagai upaya memperkuat peran perusahaan dalam mendukung agenda Net Zero Emission Indonesia dan memajukan sektor baja nasional dalam menghadapi transisi global menuju pembangunan berkelanjutan.

"Dengan semangat kolaboratif yang tercermin dalam forum ini, kami berkomitmen untuk terus berkontribusi pada ekosistem industri yang lebih hijau, resilien, dan kompetitif di tingkat global," ujarnya.

Sebelumnya Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menyatakan pentingnya percepatan transformasi industri nasional dalam merespons krisis iklim, tuntutan efisiensi sumber daya, dan dinamika pasar global.

"Pemerintah menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca sektor industri sebesar 31 persen hingga 43 persen pada 2030, dan mencapai Net Zero Emission (NZE) di tahun 2050," kata Wamen pada forum yang bertema ”Mendorong Implementasi Industri Hijau di Indonesia” .

Pewarta: Subagyo
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |