Bandarlampung (ANTARA) - Dengan jumlah total populasi sebanyak sembilan juta orang, Provinsi Lampung harus terus berjibaku mengentaskan kemiskinan di daerahnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung pada Maret 2025, provinsi itu memiliki penduduk miskin sebanyak 887 ribu orang.
Persentase penduduk miskin itu terkonsentrasi di pedesaan sebesar 11,32 persen atau sebanyak 657.800 orang. Sedangkan di perkotaan penduduk miskin berjumlah 229.100 orang.
Banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam meningkat kesejahteraan masyarakat di daerahnya, dan upaya itu pun disambut oleh pemerintah pusat melalui berbagai program yang ditujukan langsung ke daerah. Salah satunya di sektor pendidikan melalui Program Sekolah Rakyat.
Cerita dan harapan merdeka dari kemiskinan di Lampung dimulai dari potret proses operasional Sekolah Rakyat pertama di Sai Bumi Ruwa Jurai, yakni di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 32 Lampung Selatan.
Dari lokasi usulan pertama sebagai alternatif pelaksanaan Sekolah Rakyat sementara di SMA Unggul Terpadu Kabupaten Lampung Tengah, kemudian berpindah ke UPTD Mardi Guna Lempasing Kabupaten Pesawaran hingga ditetapkan di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Lampung yang bertempat di Hajimena Kabupaten Lampung Selatan.
Sekolah Rakyat Menengah Atas 32 Lampung Selatan menjadi saksi atas adanya harapan anak-anak dari keluarga dengan tingkat kesejahteraan terendah di Provinsi Lampung untuk merasakan nikmatnya menempuh pendidikan gratis. Mereka tidak perlu memikirkan biaya sekolah ataupun membebani orang tua yang telah cukup keberatan untuk membiayai kehidupan sehari-hari keluarga.
Ada proses panjang hingga terjaringngnya 75 orang sebagai siswa pertama di sana.
Semuanya berjalan lancar meski sempat sedikit terkendala adanya proses renovasi ruang kelas yang belum 100 persen selesai.
Tepat pada 16 Agustus 2025, kisah perjalanan anak-anak dari keluarga tidak mampu itu berlanjut. Sehari sebelum Hari Kemerdekaan Indonesia, anak-anak yang telah resmi berstatus sebagai siswa-siswi Sekolah Rakyat itu pun merasakan kemerdekaan dari kemiskinan melalui pendidikan.
Hari itu mereka berkumpul di satu ruang kelas yang baru selesai direnovasi, dengan bau khas cat tembok, serta furniture berupa kursi dan meja belajar yang baru dibuka dari plastik pembungkusnya. Mereka antusias mendengarkan arahan para guru dalam kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah.
Baca juga: Dinsos Lampung: Siswa Sekolah Rakyat sementara belajar daring

Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.