Jakarta (ANTARA) - Permata Bank melalui Permata Institute for Economic Research (PIER) merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 dari sebelumnya 5,11 persen menjadi di kisaran 4,5 persen hingga 5 persen dengan titik tengah 4,78 persen.
Chief Economist Permata Bank Josua Pardede mengatakan, revisi proyeksi tersebut mempertimbangkan faktor risiko global di tengah ketidakpastian global khususnya dari ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.
“Pertumbuhan ekonomi ini masih akan bergerak di bawah 5 persen kurang lebih sampai dengan 2026 dan baru akan rebound di kisaran 5 persen nanti di 2027,” kata Josua dalam acara "PIER Q1 2025 Economic Review" di Jakarta, Rabu.
Ia menilai bahwa dampak langsung kebijakan tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump terhadap Indonesia relatif terbatas atau marginal. Namun, ia juga mengingatkan adanya dampak tidak langsung melalui mitra dagang utama Indonesia yang juga dikenakan tarif resiprokal AS.
Josua mengatakan, dampak tidak langsung ini harus dicermati karena akan mempengaruhi kinerja dagang Indonesia, yang pada saat bersamaan juga akan mempengaruhi proyeksi harga komoditas ekspor utama Indonesia.
Ketidakpastian global akibat perang dagang yang sedang berlangsung juga diperkirakan akan menekan laju investasi dan konsumsi domestik.
Josua mengamini bahwa ketidakpastian perang dagang memang cukup tinggi dan hal ini akan mendorong kecenderungan investor ataupun pelaku usaha untuk bersikap wait and see atau menunda investasi serta menunda untuk rencana ekspansinya.
Pemerintah diharapkan memberikan respon berupa kebijakan yang countercyclical. Dalam hal ini, kebijakan fiskal mesti lebih ekspansif dan stimulus yang diberikan pemerintah diharapkan lebih tepat sasaran agar konsumsi dan investasi dapat lebih bergerak lagi.
“Sekalipun government spending (belanja pemerintah) dampaknya ataupun share-nya (kontribusi) terhadap ekonomi tidak besar, namun bisa kita bayangkan bahwa multiplier effect-nya kepada konsumsi dan kepada investasi ini cukup besar,” kata Josua.
Meski fokus pemerintah pada tahun ini akan cukup besar untuk program makan bergizi gratis (MBG), PIER melihat bahwa defisit fiskal masih akan tetap terjaga di kisaran 2,75 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Namun, PIER juga menekankan perlunya peningkatan terhadap produktivitas fiskal. Pemerintah diharapkan bisa mendorong proyek-proyek atau program-program yang bisa menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar untuk mengompensasi dampak PHK yang juga cukup besar di beberapa industri padat karya seperti tekstil dan alas kaki.
Secara keseluruhan, PIER melihat bahwa kondisi tahun ini dihadapkan pada tantangan eksternal yang cukup berat. Sementara dari dalam negeri, PIER melihat bahwa konsumsi kelas menengah juga cukup tertekan. Oleh sebab itu, kebijakan fiskal yang ditempuh pemerintah perlu disertai dengan langkah hati-hati dan manageable.
“Sehingga harapannya kebijakan MBG ataupun nanti kebijakan investasi yang diambil oleh Danantara harapannya ini akan bisa menggerakkan ekonomi Indonesia ke depannya,” kata Josua.
Sebelumnya, pertumbuhan PDB Indonesia pada kuartal pertama 2025 tercatat sebesar 4,87 persen year on year (yoy), lebih rendah dibandingkan 5,02 persen pada kuartal sebelumnya dan menjadi laju paling lambat sejak kuartal ketiga 2021.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang biasanya menjadi motor utama ekonomi melambat tipis menjadi 4,89 persen yoy. Hal ini didorong oleh melemahnya daya belanja pada sub-komponen makanan dan minuman serta transportasi dan komunikasi.
Pertumbuhan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga menurun menjadi 2,12 persen yoy, terutama karena melemahnya investasi pada bangunan dan struktur serta mesin dan peralatan.
Di sisi lain, belanja pemerintah mengalami kontraksi 1,38 persen yoy setelah pada tahun sebelumnya terdongkrak oleh aktivitas Pemilu, sementara ekspor barang dan jasa meningkat dengan didukung oleh kinerja ekspor nonmigas yang lebih kuat.
Baca juga: BI: Pertumbuhan ekonomi RI triwulan I masih cukup tinggi bagi investor
Baca juga: Sri Mulyani: Ekonomi RI tumbuh tangguh di tengah ketidakpastian global
Baca juga: Ekonom: Ekonomi RI tunjukkan ketahanan di tengah perlambatan global
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2025