Bandarlampung (ANTARA) - "Dari ladang sampai ke meja," begitu teriakan semangat dari 31 orang generasi muda Lampung terdengar menggaung bersemangat.
Tanpa rasa canggung, 31 anak muda dengan rentang usia 19-31 tahun tersebut berkumpul bersama di Gedung Kwarda Pramuka Lampung untuk berdiskusi demi membuat inovasi di bidang pertanian melalui pelatihan Petani Keren. Pelatihan itu merupakan program yang diadakan Kementerian Pertanian bekerja sama dengan Food and Agriculture Organization (FAO).
Pelatihan intensif pertanian dan wirausaha tani bagi pemuda-pemudi tersebut di lakukan di Provinsi Lampung, sebab Sai Bumi Ruwa Jurai ini merupakan rumah bagi populasi petani terbesar kelima di Indonesia dengan jumlah petani sampai 1,3 juta orang, serta sebagai daerah penghasil komoditas pertanian seperti padi, singkong, dan jagung.
Namun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, petani di Lampung yang berusia 19-39 tahun hanya 25 persen. Hal ini menunjukkan ada gejala penuaan usia petani di Lampung. Tidak hanya itu, hampir dari separuh petani di sana belum mengadopsi teknologi pertanian dan masih menggunakan alat pertanian sederhana.
Melalui Program Petani Keren, 31 anak muda Lampung mengikuti pendidikan dan pelatihan lapangan selama 40 hari. Mereka belajar tentang sistem pertanian inovatif, kewirausahaan, memetakan potensi pasar produk pertanian, pertanian ramah lingkungan serta berteknologi tinggi, memitigasi dampak perubahan iklim, dan mengolah tanaman menjadi produk bernilai tambah untuk membentuk agribisnis yang menghasilkan profit.
Semua itu untuk meningkatkan keinginan pemuda menjadi petani serta menjadikan pertanian menarik bagi anak muda.
Cerita ketertarikan anak muda untuk jadi petani milenial yang menyajikan tanaman dari ladang menjadi produk bernilai ekonomis sampai ke meja konsumen di ceritakan melalui terbentuknya inovasi sirup kemangi.
Agus Suprianto, pria yang lahir pada 1994, menjadi salah satu perwakilan anak muda asal Kecamatan Ulubelu Kabupaten Tanggamus yang ikut serta dalam pelatihan Program Petani Keren menunjukkan sebuah botol 100 miligram berisi cairan berwarna hijau pekat.
"Ini adalah salah satu produk yang kami hasilkan dari kegiatan Petani Keren," kata Agus.
Itu adalah sirup kemangi, yang berbahan dasar dari daun kemangi yang tanamannya banyak ditemukan di Lampung. Daun kemangi selama ini hanya dikonsumsi untuk lalapan dan oleh anak-anak muda itu dijadikan sirup sebagai suatu inovasi produk turunan dari kemangi.
Agus terlihat bersemangat sembari menunjukkan sirup kemangi yang saat dikecap memiliki citarasa segar layaknya daun mint, terlebih lagi saat tercampur dengan air es serta sesendok madu.
Kemangi itu bukan dibeli pasar, ataupun dipetik sembarangan dari ladang orang. Daun lalapan itu merupakan hasil permaculture, sebuah sistem pertanian yang berkelanjutan dan terintegrasi yang menggabungkan prinsip pertanian organik dengan pendekatan holistik.
Sirup kemangi itu memiliki komposisi 100 persen sari daun kemangi rebus. Daun itu diperas serta diekstrak layaknya membuat cincau hijau, kemudian disaring untuk memisahkan ampas dengan cairan ekstrak daun kemangi.
Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.