Perpusnas: Seluruh layanan perpustakaan harus berbasis digital

4 weeks ago 17
Kita tidak boleh ketinggalan dan tidak boleh kalah dengan perkembangan teknologi

Jakarta (ANTARA) - Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) E. Aminudin Aziz mengemukakan pentingnya seluruh layanan perpustakaan di Indonesia berbasis digital di era kecerdasan buatan atau akal imitasi (AI).

"Ketika kita bicara perpustakaan digital, itu berarti seluruh layanannya sudah berbasis digital, bukan hanya mendigitalisasi buku, melainkan juga membangun pola pikir baru yang berorientasi pada layanan digital," katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis.

Aminudin menyampaikan hal tersebut pada Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI) ke-16 di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau pada Selasa (19/8) yang mengangkat tema "Transformasi Perpustakaan di Era Kecerdasan Buatan".

"Kita tidak boleh ketinggalan dan tidak boleh kalah dengan perkembangan teknologi," ujar dia.

Baca juga: Perpustakaan UI bervisi jadi perpustakaan riset berkelas dunia

Aminudin juga mengingatkan, di balik perkembangan teknologi, masih ada tugas menjaga warisan budaya, membangun kapasitas manusia, dan melayani kebutuhan masyarakat dengan penuh tanggung jawab.

Sementara itu, Asisten Pemerintahan dan Kesra Provinsi Kepulauan Riau Arif Fadillah menekankan pentingnya transformasi digital sebagai jawaban atas perubahan zaman.

"Perpustakaan harus mengatur posisinya sejajar dengan perkembangan teknologi, bukan berhadap-hadapan dengan teknologi internet yang selalu selangkah lebih maju menawarkan kecepatan, kemudahan, dan keluasan jangkauan," ujar Arif.

Sedangkan Rektor Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Agung Dhamar Syakti menekankan pentingnya kesiapan infrastruktur dalam mendukung transformasi digital. Kepulauan Riau perlu memastikan literasi digital dan akses terhadap perpustakaan digital dapat dinikmati secara merata.

Baca juga: Perpusnas-Kemenhan ulas pentingnya literasi pertahanan bagi masyarakat

"Ini menjadi tantangan kita bersama, khususnya di Kepulauan Riau yang wilayahnya tersebar antar pulau. Akses terhadap referensi dan data digital harus bisa dirasakan secara merata oleh masyarakat, termasuk di pulau-pulau terjauh," kata Agung.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Forum Perpustakaan Digital Indonesia (FPDI) Ida Fajar menyampaikan, KPDI menjadi sebuah forum strategis yang mempertemukan para pemangku kepentingan dalam pengembangan perpustakaan digital di Indonesia.

"Forum ini menjadi ajang kolaborasi dan berbagi pengalaman antarlembaga, sehingga kita dapat memperkuat ekosistem perpustakaan digital yang inklusif dan berkelanjutan," tuturnya.

KPDI ke-16 dihadiri oleh sedikitnya 125 peserta yang berasal dari berbagai lembaga dan institusi di seluruh Indonesia. Para narasumber menyoroti berbagai isu strategis, mulai dari digitalisasi koleksi, literasi informasi di era AI, keterbukaan akses data, hingga tantangan etika dalam pemanfaatan teknologi.

Perpusnas berharap hasil dari konferensi tersebut dapat menjadi rujukan kebijakan nasional maupun daerah dalam pengembangan ekosistem perpustakaan yang modern dan inklusif.

Baca juga: Pepusnas: Pustakawan bukan lagi sekedar petugas gudang buku

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |