Sektor perumahan disebut berperan strategis dorong ekonomi nasional

2 hours ago 3
Bangunan rumah tempat tinggal memiliki efek berganda sebesar 1,9 poin terhadap perekonomian.

Bandung (ANTARA) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyatakan bahwa sektor perumahan memainkan peran strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui efek berganda terhadap berbagai sektor industri.

"Bangunan rumah tempat tinggal memiliki efek berganda sebesar 1,9 poin terhadap perekonomian. Artinya, tambahan Rp1 juta di sektor ini dapat menciptakan dampak ekonomi sebesar Rp1,9 juta," kata Amalia dalam acara peluncuran program penguatan ekosistem perumahan dan KUR Perumahan, di Sabuga Bandung, Jawa Barat, Kamis.

Menurut Amalia, pembangunan perumahan tidak hanya menyediakan hunian layak, tetapi juga menggerakkan industri bahan bangunan, furnitur, hingga jasa konstruksi.

Oleh karena itu, ia menilai program perumahan sebagai salah satu motor penggerak ekonomi yang efektif.

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2025, BPS mencatat angka backlog perumahan turun menjadi 9,6 juta rumah tangga, dibandingkan 9,9 juta pada tahun sebelumnya.

"Ini menunjukkan program perumahan pemerintah mulai memberikan dampak nyata. Ada penurunan backlog, dan itu kami buktikan lewat data," ujarnya.

Amalia juga menyoroti pentingnya pemanfaatan data BPS untuk menyusun kebijakan perumahan yang lebih tepat sasaran, terutama dalam mengidentifikasi masyarakat yang belum memiliki rumah.

"Dengan data tunggal sosial ekonomi nasional, pemerintah pusat dan daerah bisa mengetahui siapa dan di mana yang membutuhkan intervensi," ujarnya lagii.

Di Jawa Barat, Amalia menyebut masih terdapat jutaan rumah tangga yang belum memiliki hunian layak. Karena itu, ia mendorong optimalisasi program perumahan di provinsi ini.

Lebih lanjut, Amalia menyoroti kinerja ekonomi Jawa Barat yang dinilai positif. Pada triwulan II-2025, ekonomi provinsi ini tumbuh 5,23 persen, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional.

"Jawa Barat juga berkontribusi 12,8 persen terhadap perekonomian nasional. Ini menunjukkan peran penting provinsi ini dalam menjaga stabilitas ekonomi," ujarnya.

Tingkat kemiskinan di Jawa Barat juga tercatat menurun menjadi 7,02 persen, lebih rendah dari rata-rata nasional. Sepanjang satu tahun terakhir, jumlah penduduk miskin di Jawa Barat turun sekitar 193 ribu orang.

"Jawa Barat menjadi provinsi kedua terbesar yang berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin, setelah Jawa Timur," kata Amalia menambahkan.

Baca juga: Menteri PKP: KUR Perumahan berpihak pada pengusaha mikro-kecil

Baca juga: Menteri PKP harap plafon Rp130 triliun KUR Perumahan terserap optimal

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |