Perdosni tekankan pentingnya kesehatan otak jadi fondasi SDM Indonesia

2 months ago 16

Bandung (ANTARA) - Dalam Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) 2025 di Bandung pada 22-24 Agustus 2025, Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (Perdosni) menekankan pentingnya menjaga kesehatan otak sebagai fondasi utama sumber daya manusia (SDM) Indonesia.

Mukernas yang mengusung tema "Otak Sehat, Negara Kuat" ini, Ketua Pengurus Pusat (PP) Perdosni Dodik Tugasworo mengatakan kesehatan otak memiliki makna penting, baik sebagai individu maupun kehidupan berbangsa dan bernegara, karena jadi fondasi utama pembangunan manusia Indonesia yang tangguh, produktif, dan berdaya saing tinggi.

"Otak yang sehat melahirkan sumber daya manusia yang cerdas, inovatif dan mampu bersaing di era global," kata Dodik di Bandung, Senin.

Baca juga: Suplemen yang sebaiknya dihindari demi kesehatan otak

Namun sebaliknya, meningkatnya angka penyakit otak dan saraf, seperti stroke, demensia, epilepsi, maupun gangguan sistem saraf lainnya, dapat menimbulkan beban besar bagi keluarga, masyarakat, serta sistem kesehatan nasional.

"Dengan demikian, kesehatan otak harus dipandang sebagai bagian integral dari ketahanan nasional bangsa," ujar Dodik.

Hal ini, lanjut dia, karena otak merupakan organ manusia yang sangat vital, pusat pengendali seluruh fungsi tubuh, mulai dari gerakan, memori, emosi, hingga kemampuan berpikir dan mengambil keputusan.

Kesehatan otak yang optimal tidak hanya berdampak pada kualitas hidup individu, tetapi juga pada ketahanan sosial, ekonomi, budaya, hingga politik sebuah bangsa.

"Indonesia sebagai negara besar membutuhkan sumber daya manusia dengan otak yang sehat, kreatif, dan resilien agar mampu menghadapi tantangan global," ucap Dodik.

Pertumbuhan dan perkembangan otak, lanjutnya, dimulai sejak dalam kandungan, mencapai puncaknya pada usia anak dan remaja, lalu mengalami perubahan hingga akhir hayat.

Baca juga: Lima kebiasaan yang dapat meningkatkan perkembangan otak anak

Adanya gangguan pada fase kritis perkembangan otak dapat berdampak panjang pada kemampuan belajar, produktivitas kerja, hingga kualitas hidup di usia lanjut. Karenanya, menjaga kesehatan otak harus dilakukan sejak dini hingga usia lanjut untuk memastikan keberlanjutan pembangunan nasional.

Tak dapat dimungkiri, seiring meningkatnya usia harapan hidup, Indonesia menghadapi beban penyakit degeneratif otak, seperti stroke dan demensia. Kondisi ini bukan hanya meningkatkan beban kesehatan, tetapi juga menimbulkan dampak ekonomi dan sosial yang luas.

"Pasien dengan stroke atau demensia sering kehilangan kemampuan untuk bekerja. Bila yang terdampak adalah tulang punggung keluarga, beban finansial dan psikologis ditanggung berlapis oleh keluarga, masyarakat, dan negara," ujarnya.

Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stroke di Indonesia mencapai 8,3 per 1.000 penduduk pada 2023. Sementara itu, berdasarkan data nasional, insiden stroke adalah 158,47 per 100.000 penduduk.

Stroke tidak bisa dianggap remeh, karena menjadi penyebab utama disabilitas/kecacatan (11,2 persen) dan penyebab kematian sebesar 18,5 persen dari total kematian di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan 2023, menyebut stroke menjadi salah satu penyakit katastropik dengan beban biaya ketiga tertinggi dengan anggaran mencapai Rp5,2 triliun pada 2023.

Masalah lain yang turut mengintai terkait kesehatan otak adalah demensia, gangguan kesehatan yang menyebabkan penurunan daya ingat, kemampuan berpikir logis, dan fungsi kognitif lainnya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 55 juta orang hidup dengan demensia pada 2021.

Sedangkan prevalensi demensia di Indonesia diperkirakan mencapai 1,8 juta orang. Dalam penelitian lokal Jatinangor (Jawa Barat), prevalensi demensia mencapai 29,15 persen pada lansia.

Di wilayah lain, demensia vaskular (akibat stroke) juga signifikan, yakni sekitar 6,8 persen pada pasien dengan diabetes versus, hanya 1,2 persen pada bukan penyandang diabetes. Di wilayah Jabotabek prevalensi demensia ditemukan sebesar 3,5 persen.

"Masalah kesehatan otak yang tidak ditangani dengan baik dan sistematis dapat menghambat produktivitas dan menurunkan daya saing bangsa," tutur Dodik.

Baca juga: Sederet bahan makanan yang baik untuk kesehatan otak

Baca juga: Konsumsi makanan cepat saji bisa pengaruhi kemampuan spasial otak

Karenanya, tambah dia, persoalan sumber daya dan tantangan yang harus dihadapi dalam bidang neurologi, perlu ditanggulangi bersama.

Dodik mengatakan meskipun kini sumber daya manusia, alat kesehatan, serta obat-obatan di bidang neurologi terus meningkat, masih ada kendala dalam distribusi dan aksesibilitas, terutama di daerah terpencil.

"Kami di Perdosni menimbang perlunya strategi nasional untuk memperkuat infrastruktur kesehatan otak, termasuk pengembangan teknologi diagnostik, obat-obatan terkini, serta program pencegahan berbasis masyarakat," kata Dodik.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |