Jakarta (ANTARA) - Kebersihan merupakan sebagian dari iman, sebuah prinsip yang telah diajarkan dalam Islam sejak lama. Dalam berbagai hadis Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam (SAW), umat Islam diwajibkan untuk menjaga kebersihan diri, pakaian, lingkungan, dan tempat ibadah.
Dalam kehidupan sehari-hari, kebersihan tidak hanya sekadar praktik individu, tetapi juga mencerminkan tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitar. Lebih dari sekadar ajaran agama, kebersihan juga memiliki dampak kesehatan yang signifikan.
Lingkungan yang kotor dapat menjadi sumber berbagai penyakit, mulai dari infeksi saluran pernapasan hingga penyakit berbasis lingkungan lainnya. Oleh karena itu, kesadaran akan pentingnya kebersihan harus ditanamkan sejak dini, terutama dalam lingkungan pendidikan seperti pesantren.
Sebagai lembaga pendidikan Islam yang memiliki banyak santri, pondok pesantren sejatinya mampu menjadi pelopor dalam menjaga kebersihan dan mengelola lingkungan dengan baik.
Santri yang dididik untuk hidup dalam keteraturan dan disiplin dapat menjadi contoh dalam menerapkan budaya bersih dan berkelanjutan. Dengan membiasakan hidup bersih, santri tidak hanya menjaga kesehatan diri, tetapi juga berkontribusi pada kelestarian lingkungan secara luas.
Budaya bersih yang ditanamkan sejak dini di pesantren dapat membentuk karakter santri yang peduli terhadap lingkungan dan memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi.
Indonesia memiliki banyak pondok pesantren yang tersebar di berbagai daerah. Data Kementerian Agama RI hingga semester pertama 2023 mencatatkan terdapat sekitar 39.551 pondok pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan jumlah santri sekitar 4,9 juta jiwa.
Jika masing-masing pesantren mampu menerapkan sistem pengelolaan lingkungan yang baik, dampaknya akan sangat besar terhadap pengurangan timbunan sampah dan peningkatan kesadaran lingkungan. Pesantren dengan jumlah santri yang besar juga menjadi penghasil sampah dalam skala besar.
Contoh yang diungkapkan Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menunjukkan bahwa sebuah pesantren dengan 7.000 santri dapat menghasilkan sekitar 3,5 ton sampah per hari, dengan asumsi masing-masing orang hanya menghasilkan sampah sebanyak 0,5 kilogram per hari.
Jika tidak dikelola dengan baik, sampah ini akan menjadi beban bagi lingkungan dan menciptakan berbagai masalah seperti pencemaran, bau tak sedap, hingga penyebaran penyakit.
Budaya pesantren hijau
Untuk mengatasi hal ini, pesantren dapat menerapkan berbagai langkah strategis dalam pengelolaan lingkungan. Santri diajarkan untuk memilah sampah organik dan anorganik sejak dini.
Sampah organik dapat diolah menjadi kompos, sementara sampah anorganik yang masih memiliki nilai dapat didaur ulang. Penggunaan kemasan sekali pakai, seperti botol plastik dan kantong plastik, juga harus dikurangi.
Sebagai gantinya, santri bisa menggunakan botol minum atau tumbler guna ulang yang lebih ramah lingkungan. Kebiasaan kecil ini, jika dilakukan secara kolektif, akan memberikan dampak besar terhadap pengurangan limbah plastik di pesantren dan sekitarnya.
Salah satu sumber sampah terbesar di pesantren adalah limbah makanan. Kebiasaan mengambil makanan secukupnya dan menghabiskan makanan yang telah diambil dapat mengurangi food waste.
Selain itu, pesantren bisa memanfaatkan teknologi seperti biogas dari limbah organik, pengolahan sampah menjadi pupuk kompos, dan program daur ulang sampah plastik menjadi barang yang lebih berguna.
Langkah-langkah inovatif ini tidak hanya membantu mengurangi sampah, tetapi juga dapat menjadi peluang ekonomi bagi pesantren dalam menciptakan produk ramah lingkungan yang bernilai jual.
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menegaskan bahwa peran pesantren dalam menjaga lingkungan sangatlah penting. Belakangan ini, Menteri Hanif menyoroti pentingnya pengelolaan sampah yang benar di lingkungan pesantren.
Semakin banyak sampah yang dihasilkan, maka semakin besar pula tanggung jawab untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, ia mengajak pesantren untuk menerapkan pola hidup minim sampah, salah satunya dengan mengurangi sampah makanan.
Data menunjukkan bahwa 50 persen dari total sampah organik di Indonesia berasal dari sisa makanan. Dengan menerapkan pola makan secukupnya, pesantren dapat membantu mengurangi jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir.
Selain itu, dia juga mendorong pesantren untuk beralih dari penggunaan plastik sekali pakai ke barang-barang yang bisa digunakan kembali, seperti tumbler dan wadah makanan dari bahan yang lebih ramah lingkungan.
Langkah-langkah sederhana ini jika diterapkan secara luas di lingkungan pesantren akan memberikan dampak positif bagi lingkungan. Sebagai bentuk aksi nyata, pesantren juga dapat berkolaborasi dengan berbagai pihak, seperti pemerintah daerah, organisasi lingkungan, dan komunitas peduli lingkungan.
Program edukasi tentang pengelolaan sampah, pelatihan daur ulang, serta kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan dapat menjadi agenda rutin yang melibatkan santri dan masyarakat sekitar.
Pesantren juga dapat mengembangkan berbagai inovasi dalam pengelolaan sampah dan lingkungan, seperti menciptakan bank sampah di dalam lingkungan pesantren, mendaur ulang sampah plastik menjadi produk kreatif, atau mengembangkan pertanian organik yang memanfaatkan pupuk kompos dari limbah organik.
Dengan kreativitas dan kesadaran lingkungan yang tinggi, pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga pusat inovasi dalam keberlanjutan lingkungan.
Ada berbagai insentif yang bisa diberikan kepada pesantren yang berhasil menjalankan program pengelolaan lingkungan. Misalnya, penghargaan pesantren ramah lingkungan atau dukungan dari pemerintah dalam bentuk fasilitas pengolahan sampah yang lebih baik.
Jika seluruh pesantren di Indonesia mulai menerapkan pola hidup bersih dan berkelanjutan, maka dampaknya akan terasa luas. Santri yang terbiasa dengan kebersihan dan kepedulian lingkungan akan membawa kebiasaan baik ini ke masyarakat ketika mereka kembali ke daerah asalnya.
Dengan demikian, pesantren tidak hanya berfungsi sebagai pusat pendidikan agama, tetapi juga sebagai agen perubahan dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan.
Dengan peran aktif pesantren dalam menjaga kebersihan lingkungan, budaya hidup bersih dan minim sampah dapat ditanamkan sejak dini kepada para santri. Jika diterapkan secara konsisten, pesantren dapat menjadi pusat edukasi lingkungan yang memberikan manfaat bagi masyarakat luas, sekaligus mencerminkan nilai-nilai Islam dalam menjaga kelestarian bumi.
Pesantren bukan hanya tempat belajar ilmu agama, tetapi juga tempat membangun karakter yang peduli terhadap lingkungan. Dengan langkah-langkah kecil yang dilakukan secara kolektif, pesantren dapat menjadi garda terdepan dalam menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2025