21 April 2025 | Redaksi Rakyat News | 70 views
Pringsewu – Di balik geliat usaha madu klanceng yang kian berkembang di Pekon Mataram, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu, tersimpan kisah inspiratif tentang kepedulian dan ketulusan seorang anggota kepolisian terhadap masyarakat binaannya.
Adalah Bripka Ardiansyah Yuga Saputra, S.H., Bhabinkamtibmas Polsek Gadingrejo, yang tak hanya menjalankan tugas sebagai pelindung dan pengayom, tetapi juga menjadi motor penggerak lahirnya komunitas produktif yang telah mengubah wajah perekonomian desa.
Kisah ini berawal saat pandemi COVID-19 melanda pada tahun 2020. Ketika aktivitas sosial dibatasi dan roda ekonomi desa melambat, Bripka Ardiansyah melihat keresahan warga sebagai peluang untuk berbuat lebih. Dari sebuah obrolan sederhana dengan seorang warga, Yuli Antoro, muncul ide mendirikan UMKM Omah Tawon Mataram, sebuah usaha budidaya lebah klanceng yang kini bukan hanya menghasilkan madu berkualitas, tetapi juga menyemai harapan baru bagi masyarakat desa.
“Waktu itu warga bingung harus berbuat apa. Banyak kegiatan terhenti. Kami hanya berdiskusi kecil, lalu sadar ada potensi besar yang selama ini terabaikan,” kenang Bripka Ardiansyah saat ditemui awak media, Senin (21/4/2025).
Melihat latar belakang mayoritas warga yang bekerja sebagai petani dan pembuat batu bata, Bripka Ardiansyah menyadari bahwa keberadaan lebah klanceng di pekarangan dan kebun kelapa dapat menjadi sumber penghasilan tambahan yang selama ini terabaikan. Ia pun mulai memberikan edukasi dan pendampingan langsung dari rumah ke rumah.
Dengan hanya bermodalkan empat kotak sarang lebah di awal, kini Komunitas Omah Tawon telah berkembang pesat. Saat ini, mereka merawat lebih dari 370 sarang lebah yang dikelola oleh 65 anggota aktif. Setiap panen mampu menghasilkan 100–150 kilogram madu dengan harga jual Rp150.000–Rp200.000 per botol. Penghasilan per anggota per bulan dapat mencapai Rp2–3 juta.
Namun, keberhasilan ini bukan semata-mata soal angka dan produksi. Yang lebih membanggakan adalah tumbuhnya semangat gotong royong dan kepercayaan diri di tengah masyarakat desa.
“Kita bukan cuma jualan madu, tapi juga menumbuhkan keyakinan bahwa warga bisa mandiri, meski dalam keterbatasan,” ujar Yuli Antoro, salah satu pendiri Omah Tawon.
Prinsip transparansi juga menjadi nilai utama. Konsumen bisa menyaksikan langsung proses pemanenan madu, menciptakan kepercayaan sekaligus menjadi sarana edukasi tentang pentingnya mengonsumsi produk alami dan asli.
Kini, madu klanceng dari Pekon Mataram tak hanya tersedia di pasar lokal dan apotek, tetapi juga menjadi simbol keberhasilan pendekatan humanis dalam pembangunan desa. Keberhasilan ini membuktikan bahwa ketika aparat dan masyarakat berjalan seiring, segala keterbatasan dapat dilampaui bersama.(rul)