Walikota Metro Bambang Sidak Pelayanan RSUD Bantul

1 week ago 6

RAKYATNEWS.CO.ID, METRO – Inspeksi mendadak (Sidak) yang dilakukan Wali Kota Metro, H. Bambang Iman Santoso, bersama Wakil Wali Kota, Dr. M. Rafieq Adi Pradana, di RSUD Sumbersari Bantul mengungkap sejumlah permasalahan serius dalam pelayanan rumah sakit. Salah satu sorotan utama adalah kurangnya keramahan tenaga medis dalam melayani pasien.

Namun, yang lebih mencengangkan adalah sikap Direktur RSUD Sumbersari Bantul, dr. Anita, yang justru menolak untuk diwawancarai wartawan terkait temuan dalam sidak tersebut. Sikap tertutup ini menimbulkan pertanyaan besar, ada apa sebenarnya di balik dinding rumah sakit di ujung selatan Metro tersebut.

Dalam sidaknya, Wali Kota Metro didampingi Wakil Wali Kota, Sekda, dan jajaran pejabat lainnya. Mereka menelusuri berbagai ruangan rumah sakit, mencermati fasilitas, dan berinteraksi dengan tenaga medis serta pasien.

Dari hasil inspeksi tersebut, Bambang Iman Santoso menyoroti beberapa kekurangan, terutama terkait kualitas pelayanan.

“Tentunya ini kebaikan tentang pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Kita juga menyarankan berkaitan dengan masalah pelayanan itu, yaitu tentang ramah lah ya,” kata Bambang dalam sesi wawancara usai sidak tersebut.

Ia menambahkan bahwa keramahan menjadi faktor penting dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit. Bahkan, ia secara langsung meminta Direktur RSUD untuk meningkatkan aspek ini.

“Kita sudah lihat barang-barang, saya didampingi bapak wakil walikota, ada Pak Sekda dan asisten semuanya ikut. Kita ngecek di rumah sakit Sumbersari Bantul ini, setelah kami adakan pengecekan dan kita sudah masuk ke ruangan-ruangan, nanti mungkin akan ada pemikiran-pemikiran baru hari kami pagi kepala daerah,” jelasnya.

Bambang bahkan menyoroti sepinya pasien di RSUD tersebut yang diduga akibat pelayanan kurang ramah. Walikota bahkan meminta Direktur untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

“Tentang keramahan yang paling penting, Kalau dibilang Rumah Sakit Bantul ini agak sepi dan lain sebagainya, itu yang perlu kita pikirkan apakah itu karena layanan yang diberikan kurang ramah dan lain sebagainya, maka kita sampaikan kepada bu direktur tadi, ayo kalau misalkan kurang ramai mungkin tingkat keramahan dalam melayani masyarakat itu harus ditingkatkan,” tandasnya.

Namun, ketika awak media berupaya menggali lebih dalam soal pelayanan dan langkah perbaikan yang akan diambil, dr. Anita memilih bungkam.

Aktivis Gerakan Transparansi Rakyat (Getar) Kota Metro, Toma Alfa Edison menilai bahwa sikap tertutup seorang pejabat publik dalam menghadapi pertanyaan media tentu bukan hal yang bisa dianggap sepele.

Menurutnya, Rumah Sakit merupakan fasilitas pelayanan publik yang seharusnya transparan dalam memberikan informasi terkait layanan kesehatan.

“Penolakan wawancara yang dilakukan dr. Anita justru memunculkan spekulasi liar. Apakah ada masalah internal yang ingin ditutupi? Apakah rumah sakit memang menghadapi krisis manajemen yang lebih besar dari sekadar isu keramahan tenaga medis. Ini yang sekarang menjadi pertanyaan mendasar,” ungkapnya saat dikonfirmasi awak media melalui sambungan telepon.

Toma bahkan menyebut bahwa ketertutupan tersebut juga menimbulkan kekhawatiran terkait akuntabilitas pengelolaan rumah sakit. Jika seorang direktur rumah sakit enggan berkomentar atas kritik yang disampaikan langsung oleh kepala daerah, bagaimana dengan keluhan pasien yang mungkin tak terdengar.

“Dalam sistem pemerintahan yang demokratis, transparansi menjadi elemen kunci dalam pelayanan publik. RSUD Sumbersari Bantul sebagai rumah sakit daerah seharusnya menjadikan kritik sebagai bahan evaluasi dan menunjukkan keterbukaan dalam perbaikan layanan,” ungkapnya.

Aktivis senior di Metro tersebut juga menyoroti sikap Direktur yang menutup akses informasi bagi media sama saja dengan mengabaikan hak masyarakat untuk mengetahui bagaimana pelayanan kesehatan dijalankan.

“Ini bisa menjadi preseden buruk bagi rumah sakit daerah lainnya. Sikap Direktur RSUD yang menolak wawancara bisa dianggap sebagai bentuk ketidaksiapan menerima kritik, atau bahkan lebih buruk, ada sesuatu yang memang sengaja disembunyikan dari publik,” bebernya.

Kini, bola ada di tangan Pemerintah Kota Metro. Jika kritik dari Wali Kota dan jajaran tidak ditindaklanjuti dengan perbaikan nyata, maka masyarakat akan semakin skeptis terhadap komitmen Pemkot dalam memperbaiki layanan kesehatan.

“Apakah sikap tertutup Direktur RSUD ini akan ditoleransi, ataukah Pemkot Metro akan turun tangan lebih jauh untuk memastikan transparansi dan peningkatan kualitas layanan. Publik menanti langkah konkret, bukan sekadar wacana,” tandasnya. (ADV)

Read Entire Article
Rakyat news | | | |