Yogyakarta (ANTARA) - Penyair yang juga wartawati dari Indonesia Nia S Amira menegaskan bahwa sastra dapat menjadi jembatan untuk mendorong perdamaian dunia.
"Bagi saya, sastra itu adalah kehidupan. Kehidupan kita harus dibekali dengan sesuatu yang indah. Sastra untuk perdamaian dunia fokusnya adalah kehidupan yang indah untuk semua bangsa," ujar Nia saat berkunjung di Kantor LKBN ANTARA Biro Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, sastra tidak sekadar berfungsi sebagai hiburan atau karya estetis, tetapi juga sebagai sarana untuk menyampaikan nilai kemanusiaan, empati, dan keadilan antarbangsa.
Karena itu, Nia menekankan pentingnya kepekaan dan keaslian dalam berkarya.
Ia mencontohkan salah satu karyanya yang diterima oleh Perdana Menteri Palestina pada 25 Oktober 2022, berupa puisi untuk anak-anak korban perang di Gaza.
"Bersastralah dengan indah untuk perdamaian. Harus lebih banyak sastrawan yang peka, jembatan ke perdamaian," tambahnya.
Ia menjelaskan bahwa romantisme dalam sastra menumbuhkan kasih sayang yang memunculkan kepekaan sosial.
Dengan cara ini, sastra menjadi sarana untuk membangun sikap peduli terhadap sesama, khususnya mereka yang terdampak konflik.
Baca juga: Penulisan Mastera Kemendikdasmen satukan suara penyair lewat puisi
Selain fokus pada perdamaian, Nia dikenal menulis karya bertema kemanusiaan global.
Buku puisinya "From Indonesia with Love" memuat nilai-nilai perdamaian mulai dari Balkan, Perang Bosnia, hingga Azerbaijan dan Armenia.
Menurut putri dari pensiunan jurnalis LKBN ANTARA Rachim Osman asal Bukittinggi, Sumatera Barat ini, karya-karya semacam itu dapat memperkenalkan sastra Indonesia ke kancah internasional sekaligus memberikan perspektif baru tentang nilai-nilai kemanusiaan universal.
Prestasi internasional Nia tercatat saat ia pernah memenangkan Grand Prix for Excellence edisi XXIV di Italia dengan puisi Marco Polo, dari Genoa ke Pasai.
Karyanya telah diterbitkan di berbagai negara, termasuk Rusia, London, Sarajevo, New York, Azerbaijan, dan Kazakhstan.
Nia juga pernah menjadi konsultan produksi di Internews, Radio Jurnalis Amerika, dan menulis artikel, esai, cerpen, dan puisi sejak usia 13 tahun.
Menurut dia, pengalaman internasional ini memperluas wawasan dan memperkuat kemampuannya dalam menyuarakan perdamaian melalui sastra.
"Saya memang spesialisasi tema kemanusiaan global, bukan hanya di Indonesia," ucap dia.
Baca juga: Penyair Indonesia Nia S Amira terima penghargaan Pemerintah Italia
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.