Jakarta (ANTARA) - Pengamat telekomunikasi Heru Sutadi menyatakan bahwa Indonesia memiliki peluang besar menjadi pusat produksi regional di sektor manufaktur dan teknologi, asalkan mampu menjaga keseimbangan antara kebijakan protektif dan stimulus investasi.
Ia menekankan pentingnya tetap memberlakukan kewajiban Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), sambil mengimbanginya dengan insentif yang dirancang secara cerdas dan terukur.
“Kalau kewajiban TKDN dihapus, perusahaan asing seperti pabrikan ponsel, tidak akan punya alasan membangun pabrik di Indonesia. Mereka akan cenderung menjadikan Indonesia hanya sebagai pasar, bukan pusat produksi. Ini tentu bisa membuat kita kehilangan peluang investasi dan lapangan kerja,” ujar Heru ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Pakar ITB: Skema TKDN fleksibel demi investor dan industri nasional
Heru mengingatkan bahwa tanpa insentif yang kuat dan aturan yang mengikat, perusahaan multinasional bisa saja memindahkan operasionalnya ke negara lain seperti Vietnam yang dinilai lebih agresif dalam menarik investor.
Hal ini, menurut dia, dapat berdampak langsung terhadap kondisi ekonomi nasional, terutama dalam hal serapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap PDB.
Untuk itu, Heru mengusulkan skema insentif berbasis penciptaan lapangan kerja.
“Misalnya, jika investor menyerap 10 ribu tenaga kerja, potongan pajaknya 2 persen. Kalau bisa menyerap 100 ribu, potongannya 5 persen. Dan jika sampai satu juta orang, maka mereka layak mendapat pembebasan pajak,” ujarnya.
Baca juga: Gaikindo harap kebijakan TKDN baru mampu berikan dampak positif
Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Institute itu menyampaikan, skema insentif seperti ini diyakini akan memotivasi investor untuk berkontribusi langsung terhadap perekonomian lokal.
Lebih lanjut, ia juga menyarankan agar pemerintah turut membantu dari sisi kemudahan investasi, seperti penyediaan lahan industri, perizinan, dan infrastruktur pendukung.
“Kalau investor merasa didukung dan difasilitasi, mereka pasti lebih tertarik menanamkan modal di sini,” ujarnya.
Baca juga: Menteri UMKM apresiasi kebijakan TKDN pada industri otomotif
Heru menyebut pendekatan tersebut menguntungkan kedua belah pihak, di mana investor akan merasa nyaman karena mendapat kemudahan dan kepastian, sementara Indonesia memperoleh manfaat berupa pembukaan lapangan kerja, peningkatan nilai tambah, dan penguatan daya saing industri nasional.
Dengan strategi ini, Heru optimistis Indonesia tidak hanya menjadi pasar konsumtif, tetapi mampu bertransformasi menjadi pusat produksi berbasis teknologi tinggi di kawasan Asia Tenggara.
"Investor happy dibantu investasi, bukan dipersulit. Kita juga mendapat pembukaan lapangan kerja dan investasi. Dengan begitu, ya happy happy solution," katanya.
Baca juga: BRIN ingatkan produsen kendaraan listrik buat strategi agar capai TKDN
Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2025