Pengamat: Iran menang strategis dalam Perang 12 hari dengan Israel

2 months ago 15

Jakarta (ANTARA) - Pengamat sekaligus dosen hubungan internasional Universitas Padjadjaran (Unpad) Dina Sulaeman meyakini bahwa perang selama 12 hari antara Iran dan Israel dimenangkan oleh Iran, bukan Israel.

"Israel memang menang di awalnya. Tapi, kalau bicara soal kemenangan strategis, kemenangan ideologis, saya pikir itu Iran yang menang," kata Dina dalam Webinar Perkembangan Konflik Israel-AS-Iran: Implikasi Global dan Respons Indonesia, Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan, serangan Israel terhadap Iran yang dimulai pada 13 Juni adalah upaya untuk menghilangkan ancaman, karena Iran mendukung kelompok-kelompok milisi yang melawan Israel akibat penindasan pasukan Zionis di kawasan Timur Tengah.

Sayangnya, Israel tidak memperkirakan kultur dan peradaban Iran sehingga dengan cepat melakukan serangan balasan setelah serangan Israel yang menewaskan sejumlah tokoh dan ilmuwan Iran.

"Bicara soal kultur, ketika ada yang meninggal, ada yang gugur tokoh-tokohnya, itu justru bukannya disembunyikan, malah diumumkan. Dengan cara itu justru dukungan rakyat malah termobilisasi," katanya.

Dengan dukungan tersebut, Iran dengan cepat melakukan pergantian kekuasaan terhadap tokoh-tokoh yang meninggal dalam serangan Israel dan dengan cepat melakukan serangan balasan.

Baca juga: Menlu Iran: Senjata nuklir tidak manusiawi dan dilarang agama

Dina mengutip pernyataan tokoh Iran Ali Larijani yang mengakui bahwa Iran memang terpukul akibat serangan pada 13 Juni. Namun, rakyat Iran dengan cepat bangkit dan bersatu mendukung pemerintahannya sehingga Iran dengan cepat melakukan serangan balasan.

Yang menarik dari pernyataan Larijani, kata Dina, adalah bahwa kebangkitan itu berakar dari peradaban Iran yang ribuan tahun tidak tumbang hanya karena tokoh-tokohnya diserang.

Selain dukungan rakyat, kemenangan Iran dalam perangnya dengan Israel juga didukung oleh arah kebijakan luar negerinya yang resisten terhadap hegemoni dan imperialisme Barat, khususnya Amerika Serikat.

Hal itu tercantum dalam undang-undang dasar Iran yang menolak segala bentuk penindasan, dominasi asing dan imperialisme.

"Kita tahu sejak awal Amerika itu diposisikan sebagai simbol utama dari imperialisme global yang harus ditolak. Sehingga kebijakan luar negeri Iran itu diarahkan untuk mencegah infiltrasi politik, budaya, dan ekonomi, serta penguasaan ekonomi oleh asing," papar Dina.

Baca juga: Iran tuntut kompensasi atas agresi AS-Israel

Baca juga: Iran sebut korban jiwa akibat konflik dengan Israel capai 935 jiwa

Baca juga: AS pasok penjualan sistem panduan bom Rp8,2 triliun untuk Israel

Pewarta: Katriana
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |