Jakarta (ANTARA) - Pengamat hukum dan pembangunan Hardjuno Wiwoho menilai keberadaan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) bisa menjadi pengubah permainan atau game changer investasi dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Selama ini, kata dia, investasi yang dilakukan oleh BUMN belum optimal karena porsi investasi BUMN masih rendah, padahal untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 6 persen diperlukan investasi hingga puluhan ribu triliun.
"Dengan adanya Danantara, investasi dari BUMN dapat lebih banyak dan berkualitas serta berdampak kepada pertumbuhan ekonomi," ujar Hardjuno dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Kendati demikian, dirinya berharap agar seluruh pengurus, termasuk Dewan Pengawas (Dewas) BPI Danantara tidak merangkap jabatan lantaran tanggung jawab badan baru tersebut sangat besar.
Adapun Danantara mengelola dana yang sangat besar, yakni sebesar 20 miliar dolar Amerika Serikat (AS), atau setara dengan Rp360 triliun (kurs Rp16 ribu), yang berasal dari program efisiensi anggaran.
Hardjuno menyampaikan bahwa harapan agar seluruh pengurus Danantara tidak merangkap jabatan bukan berarti meragukan kompetensi para pengurus, termasuk dewas.
Akan tetapi, lanjut dia, agar para pengurus bisa lebih fokus dalam mengelola investasi BPI Danantara guna melahirkan keuntungan yang berguna untuk kesejahteraan rakyat.
Di sisi lain, ia pun mengingatkan agar audit Danantara harus dilakukan secara konkret dan berlapis karena sebagai super holding, Danantara sangat berbeda dengan Temasek atau Khazanah (sovereign wealth fund milik Singapura), yang dibiayai dari profit BUMN yang dikumpulkan puluhan tahun.
"Artinya apa, modalnya dari APBN. Ingat, 70 persen APBN berasal dari pajak yang dipungut dari rakyat yang hidupnya sudah ngos-ngosan. Jadi enggak main-main," tuturnya.
Sebelumnya, Danantara telah resmi diluncurkan oleh Presiden RI Prabowo Subianto bersama Presiden Ke-7 RI Joko Widodo dan Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (24/2).
Prabowo mengatakan bahwa Danantara sebagai dana kekayaan Negara atau sovereign wealth fund Indonesia itu, akan mengelola aset senilai lebih dari 900 miliar dolar AS, dengan proyeksi dana awal mencapai 20 miliar dolar AS.
Danantara dipimpin Rosan Roeslani sebagai chief executive officer (CEO), serta dibantu oleh Pandu Sjahrir dan Dony Oskaria yang masing-masing menjabat chief investment officer (CIO) dan chief operating officer (COO).
Presiden Prabowo juga menunjuk Menteri BUMN Erick Thohir sebagai Ketua Dewan Pengawas Danantara, Muliaman Hadad sebagai Wakil Ketua Dewan Pengawas, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebagai anggota Dewan Pengawas.
Baca juga: Partai Buruh apresiasi peluncuran BPI Danantara
Baca juga: BPI Danantara resmi berdiri, berikut visi dan misinya
Baca juga: SBY pastikan Demokrat dukung keberadaan Danantara
Baca juga: Prabowo adakan rapat terbatas panggil menteri hingga Kepala Danantara
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2025