Beijing (ANTARA) - Peneliti Australia dari Murdoch Children's Research Institute (MCRI) menyatakan, teknologi pencitraan berbasis akal imitasi (AI) dapat mendeteksi penyebab epilepsi pada anak.
Xinhua melaporkan pada Rabu (1/10), teknologi yang disebut detektif epilepsi AI itu dapat melihat dengan jelas displasia "kortikal fokal" atau lesi berukuran sekitar buah bluberi, yang membuat anak dengan epilepsi kejang berulang, hingga pada 94 persen kasus.
Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Amerika Serikat (AS), Epilepsia, MCRI menyebut sistem itu berhasil mendeteksi lesi melalui pemindaian MRI dan PET.
Hasil tersebut lebih baik dibandingkan pemindaian tradisional di mana 80 persen diagnosis sering terlewat karena pemeriksaan hasil MRI dilakukan secara manual oleh manusia.
"Dengan pencitraan yang lebih akurat, ahli bedah saraf dapat mengembangkan peta bedah yang lebih aman guna menghindari pembuluh darah penting dan area otak yang mengendalikan kemampuan bicara, berpikir, dan gerakan, serta menghindari pengangkatan jaringan otak yang sehat," kata penulis utama studi Emma Macdonald-Laurs, neurologis dari MCRI.
Sementara Macdonald-Laurs, pemimpin tim yang mengembangkan detektor tersebut, menjabarkan bahwa diagnosis yang lebih akurat terhadap displasia kortikal akan memudahkan rujukan lebih cepat untuk operasi epilepsi, mengurangi frekuensi kejang, dan meningkatkan hasil penyembuhan jangka panjang.
Uji klinis MCRI melibatkan 71 anak di Rumah Sakit Anak Royal Australia. Dari 17 anak dalam kelompok uji akhir, 12 di antaranya menjalani operasi dan 11 di antaranya bebas dari gejala kejang, demikian jelas pernyataan tersebut.
Epilepsi, berdasarkan laporan MCRI, mempengaruhi sekitar satu dari 200 anak di Australia, dengan displasia kortikal, yang berkembang saat bayi masih dalam kandungan, merupakan penyebab umum gejala kejang yang resisten terhadap obat.
Semakin lama kejang yang tidak terkendali berlangsung pada seorang anak, semakin besar risiko terjadinya gangguan belajar, termasuk gangguan intelektual.
Macdonald-Laurs menyebut, epilepsi yang disebabkan oleh displasia kortikal dapat diperbaiki kondisinya atau disembuhkan melalui operasi jika jaringan otak yang abnormal dapat diidentifikasi dan diangkat.
Para peneliti MCRI menyampaikan bahwa dengan tambahan dana, tim itu dapat menguji detektor tersebut di berbagai rumah sakit anak di seluruh Australia.
Pewarta: Xinhua
Editor: Michael Teguh Adiputra Siahaan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.