Penanganan kanker payudara butuh dukungan sistem kesehatan inklusif

1 week ago 10

Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi medik Agus Jati Sunggoro mengemukakan pentingnya dukungan sistem kesehatan nasional yang adaptif dan inklusif dalam upaya penanganan kanker payudara di Indonesia.

"Kementerian Kesehatan telah menyediakan program skrining gratis untuk empat jenis kanker, termasuk kanker payudara, yang seluruh biayanya ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Namun, ketersediaan program saja tidak cukup," kata dr. Agus Jati Sunggoro, Sp.PD-KHOM, FINASIM dalam keterangan persnya pada Senin.

"Penguatan layanan primer, pendekatan multidisiplin yang terkoordinasi, pembiayaan yang lebih inklusif dan terjangkau, dan reformasi pendidikan kedokteran harus menjadi bagian dari solusi," kata lulusan Universitas Sebelas Maret itu.

Menurut dia, penerapan kebijakan dan program kesehatan pemerintah perlu disertai dengan upaya konsisten untuk mengatasi akar persoalan seperti peningkatan kapasitas tenaga medis di fasilitas pelayanan kesehatan primer serta edukasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya deteksi dini kanker payudara.

Dia mengemukakan pula pentingnya reformasi untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan kedokteran berkualitas yang biayanya lebih terjangkau.

Baca juga: Deteksi dini faktor kunci dalam upaya penanganan kanker payudara

Dokter Agus juga menekankan pentingnya keberlanjutan pendanaan program dan peningkatan akses terhadap pengobatan inovatif, seperti terapi Trastuzumab, dalam penanganan kanker payudara.

"Obat ini sebetulnya sudah masuk FORNAS dan direkomendasikan untuk pasien stadium awal sebagai terapi pencegahan kekambuhan. Tapi, di lapangan BPJS baru menanggung untuk pasien stadium lanjut," katanya.

Berdasarkan uji klinis fase III DESTINY-Breast04, ia menjelaskan, obat ini dapat memperpanjang median angka ketahanan hidup tanpa progresi penyakit pada pasien HER2-low menjadi 9,9 bulan, hampir dua kali lipat dari kemoterapi standar.

Menurut dia, penggunaan obat itu juga bisa membantu meningkatkan angka harapan hidup pasien hingga 23,4 bulan.

Baca juga: Doktor FKUI hadirkan inovasi pencegahan kanker payudara

Baca juga: Olahraga penting untuk pemulihan pasca-operasi payudara

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |