Jakarta (ANTARA) - Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat Mohammad Nuh menyatakan pemetaan bakat siswa Sekolah Rakyat menggunakan sistem yang berbasis Akal Imitasi (AI) untuk mengetahui kemampuan siswa dengan pendekatan yang lebih personal.
"Setiap anak itu jenius, tidak ada ciptaan Tuhan yang bodoh. Kita harus tahu di mana strength point (kekuatan)-nya dan itu akan menentukan pendekatan pembelajaran dan ekstrakurikulernya. Ini adalah personalized learning yang bahkan belum umum di sekolah-sekolah lain," kata Nuh di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan model yang diterapkan disebut Model Delta, yakni memetakan kondisi awal anak secara komprehensif lalu mengukur perubahan atau peningkatannya setiap semester.
Baca juga: Juli, sedikitnya 9.700 siswa siap sekolah di 100 titik Sekolah Rakyat
"Kami petakan fisik, psikososial, dan akademiknya. Semua data itu digunakan untuk memastikan mereka bertumbuh. Solidaritas sosial di antara siswa pun dibangun, karena mereka berangkat dari titik yang sama: titik yang berat," ujar dia.
Menurutnya, pemetaan bakat menggunakan AI dapat memetakan bakat ribuan anak dalam waktu hanya lima hingga 10 menit, sehingga dari pemetaan tersebut, setiap anak dan guru sudah tahu kekuatannya ada di mana.
"Sampai sepuluh menit saja dan misalnya paling pandai di bidang apa saja. Hasil dari mapping (pemetaan) ini diberikan kepada guru, sehingga guru-guru juga setiap saat tahu (potensi siswa) AI itu punya pola seperti apa, maka pendekatan guru-guru juga menyesuaikan," ucap Nuh.
Baca juga: Penerimaan calon siswa Sekolah Rakyat tidak ada tes akademik
Ia menegaskan Sekolah Rakyat bukan hanya akan mengangkat anak-anak miskin, melainkan juga membawa Indonesia menuju kebangkitan nasional.
"Cita-cita kita menyiapkan Generasi Emas 2045. Syaratnya satu, tahun depan kita harus bangkit. Sekolah Rakyat adalah kendaraan menuju bangkitnya kejayaan Indonesia," tuturnya.
Seluruh siswa Sekolah Rakyat akan mendapatkan fasilitas penunjang yang mencakup pemeriksaan kesehatan menyeluruh, pemetaan potensi bakat dan kekuatan individu berbasis AI, penilaian akademik dan psikososial, asrama dan makan tiga kali sehari, seragam dan perlengkapan sekolah, pendampingan pembelajaran digital, serta pembiayaan pendidikan sebesar Rp48,25 juta per anak per tahun (tahun pertama).
Baca juga: Sekolah Rakyat dinilai punya sistem bentuk karakter anak lebih baik
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.