Davos, Swiss (ANTARA) - Selain pencapaian-pencapaian signifikan dalam teknologi dan industri kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), China juga memberikan kontribusi positif terhadap tata kelola AI global, ungkap seorang pejabat senior Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF).
Mengusung tema "Kolaborasi untuk Era Cerdas" (Collaboration for the Intelligent Age), Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia 2025 dimulai pada Senin (20/1) di Davos, Swiss.
Dalam 10 tahun ke depan, AI akan memberikan dampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi global, transformasi industri, kesejahteraan sosial, lingkungan iklim, dan kerja sama internasional, kata Chen Liming, ketua Greater China WEF, dalam sebuah wawancara tertulis dengan Xinhua.
Penerapan AI yang pesat di berbagai bidang seperti robot cerdas, kreasi cerdas, pendidikan pintar, dan perawatan medis pintar telah mempercepat peningkatan industri dan membuka peluang inovasi yang luas di seluruh masyarakat, ujarnya.
Seraya mengatakan bahwa industri inti AI China telah mencapai hampir 600 miliar yuan (1 yuan = Rp2.237), yang mencakup jalur hulu dan hilir utama seperti cip, algoritma, data, platform, dan aplikasi, Chen menyebutkan bahwa China juga aktif terlibat dalam tata kelola AI global, berkolaborasi dengan WEF dan organisasi internasional lainnya untuk berbagi wawasan dan mendorong kerja sama.
Kerja sama multilateral telah mendorong pembentukan awal kerangka kerja tata kelola global dan konsensus kebijakan untuk AI, lanjutnya.
China mengajukan Inisiatif Tata Kelola AI Global, yang memberikan solusi China untuk tata kelola AI global dan menekankan prinsip memberikan perhatian yang sama untuk pengembangan dan keamanan AI, kata Chen.
"Inisiatif ini bukan hanya sekadar respons positif terhadap tantangan global, tetapi juga memberikan referensi penting bagi komunitas internasional terkait isu tata kelola AI," sebutnya.
Pada 2023, China mengeluarkan regulasi sementara terkait pengelolaan layanan AI generatif, yang menandai langkah penting dalam mempromosikan tata kelola AI generatif dan memberikan panduan kebijakan yang jelas bagi industri ini, kata Chen
"AI memiliki potensi besar bagi perekonomian, masyarakat, dan Bumi kita. Jika diterapkan dengan baik, AI dapat meningkatkan efisiensi dan mendukung pengelolaan sumber daya, mitigasi perubahan iklim, penanggulangan bencana, dan transformasi ekonomi," sebutnya.
Kendati demikian, tata kelola AI global masih menghadapi banyak tantangan. Beberapa contohnya adalah Global South yang belum sepenuhnya terwakili dalam dialog tentang tata kelola AI dan AI yang juga membawa tantangan etika, privasi, dan tata kelola yang besar, termasuk privasi data, bias algoritma, dan isu-isu transparansi, seiring semakin terintegrasinya teknologi AI dalam kehidupan sehari-hari.
Seraya mengatakan bahwa perlu ada dialog dan kerja sama yang memadai dalam hal keamanan data dan tata kelola AI, Chen menekankan pentingnya menyeimbangkan kemajuan pesat AI dengan pengawasan yang efektif guna memastikan keamanan, keandalan, dan keadilan. "Hal ini membutuhkan pencarian keseimbangan antara perkembangan teknologi yang cepat dan tata kelola yang efektif," lanjutnya.
Untuk mendorong penggunaan AI yang bertanggung jawab, Chen menyerukan adanya penguatan kolaborasi global, standar industri terpadu, dan peningkatan kesadaran publik. "Agar AI benar-benar memberikan manfaat bagi seluruh umat manusia, sebuah jembatan antara inovasi dan etika harus dibangun," tuturnya.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025