Jakarta (ANTARA) - Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) menilai perlu ada integrasi kesehatan oral dengan kebijakan kesehatan nasional, karena penyakit gigi yang tidak ditangani dapat meningkatkan risiko penyakit sistemik lainnya seperti diabetes, sakit jantung, dan risiko saat kehamilan.
Ketika ditemui di Jakarta, Selasa, Ketua Pengurus Besar PDGI drg. Usman Sumantri mencontohkan integrasi yang diperlukan antara profesional bidang mulut dan gigi dengan bidan untuk diagnosis, pencegahan, dan perawatan saat perempuan sedang hamil, agar benih-benih gigi janin bisa tumbuh dengan baik.
Adapun janin, katanya, mulai memiliki bakal untuk tumbuhnya gigi pada saat berusia sekitar tiga bulan.
"Ada integrasi pelayanan kesehatan antara dokter gigi, perawat gigi, perawat bidan itu di lapangan. Jadi jangan sampai perawat turun ke lapangan, bidan turun ke lapangan, tapi (nakes) giginya enggak turun. Jadi pengetahuan tentang giginya jadi bermasalah. Ibunya mulai ngerti soal tumbuh kembang anak, ngerti tentang gizi, tapi giginya enggak bagus," ujarnya.
Dia menambahkan, sebuah penelitian di Jepang juga menunjukkan bahwa sakit gigi pada anak-anak dapat meningkatkan risiko stunting, karena anak-anak menjadi tidak nyaman untuk makan.
Menurut dia, sakit gigi juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, karena bakteri dari gigi yang meradang bisa menyebar melalui saluran ke jantung. Dia juga mengingatkan bahwa sakit gigi meningkatkan risiko penyakit ginjal, dan diabetes.
Oleh karena itu, dia menilai dengan sinergi yang kuat, kesehatan gigi bisa menjadi langkah awah penguatan layanan primer yang lebih menyeluruh dan berdampak luas.
Pihaknya pun mengusulkan model integrasi yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada skrining, tapi juga pemberdayaan masyarakat, antara lain melalui peningkatan literasi kesehatan gigi dan mulut dengan pendekatan berbasis komunitas, bekerja sama dengan kader, perawat gigi, dan bidan.
Kemudian, pelatihan dasar promotif-preventif bagi kader dan tenaga pendukung, dengan pengawasan dokter gigi untuk memperluas jangkauan tanpa mengorbankan mutu, serta penugasan strategis dokter gigi pasca-internship di daerah prioritas dengan insentif dan jaminan karier.
Dia juga menyarankan pemanfaatan teledentistry dan teknologi digital untuk menjangkau masyarakat terpencil secara efisien.
Dengan solusi yang berbasis regulasi, ujarnya, bukannya kompromi terhadap mutu, pihaknya yakin pelayanan kesehatan gigi yang berkualitas dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, tanpa harus mengorbankan keselamatan pasien.
"Tukang gigi adalah bagian dari sejarah sosial kita, namun bukan jawaban atas kebutuhan pelayanan kesehatan yang profesional. Jangan biarkan masyarakat menerima layanan setengah matang hanya karena alasan pragmatisme," dia mengungkapkan.
Baca juga: PDGI: Tukang gigi lakukan tindakan medis bukan langkah tepat
Baca juga: Kemenkes jelaskan sejumlah upayanya penuhi kebutuhan dokter gigi
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025