PBB Khawatir dengan Laporan Israel Blokir Penyaluran Bantuan di Gaza

4 hours ago 3

PBB (ANTARA) - Laporan-laporan yang menyebutkan Israel memperluas operasi militer di Gaza telah membuat sekretaris jenderal (sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) khawatir, demikian disampaikan oleh seorang juru bicara PBB pada Senin (5/5). Badan-badan bantuan PBB juga mengecam laporan tentang skema untuk memprivatisasi distribusi bantuan.

Farhan Haq, wakil juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres, mengatakan dalam sebuah konferensi pers harian, "Saya dapat sampaikan kepada Anda bahwa sekretaris jenderal khawatir dengan laporan-laporan soal rencana Israel memperluas operasi darat dan memperpanjang kehadiran militernya di Gaza tersebut. Hal ini pasti akan menyebabkan lebih banyak lagi warga sipil yang tewas dan kehancuran Gaza yang lebih parah."

Haq mengatakan sangat penting kiranya mengakhiri kekerasan, kematian warga sipil, dan kehancuran Gaza.

"Gaza merupakan, dan harus tetap menjadi, bagian tak terpisahkan dari negara Palestina di masa depan," kata juru bicara itu. "Sekretaris jenderal terus menyerukan gencatan senjata segera dan permanen. Para sandera harus segera dibebaskan tanpa syarat."

Puing-puing bangunan di jalur Gaza (Xinhua)

Reaksi tersebut muncul setelah Kabinet Keamanan Israel dilaporkan memutuskan untuk memperluas serangan militer di Gaza guna merebut dan menduduki wilayah Palestina. Haq mengatakan tim itu melaporkan bahwa rancangan rencana yang diberikan kepada mereka oleh Israel akan mengakibatkan sebagian besar wilayah Gaza, termasuk orang-orang yang memiliki keterbatasan dalam pergerakan fisik dan paling rentan, akan terus hidup tanpa pasokan. Hal itu bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan dan tampaknya dirancang untuk memperkuat kendali atas barang-barang yang menopang kehidupan sebagai taktik untuk menekan masyarakat, sebagai bagian dari strategi militer.

Ada juga laporan tentang Israel yang akan terus memblokir bantuan kemanusiaan yang dikirim ke Gaza, yang telah dilarang sejak 2 Maret lalu, dan memprivatisasi operasi tersebut dengan menggunakan kontraktor Amerika Serikat alih-alih di bawah pengawasan PBB dan organisasi kemanusiaan lainnya.

Haq menuturkan Guterres dan entitas PBB yang terlibat dalam penyaluran bantuan "menegaskan bahwa kami tidak akan berpartisipasi dalam skema apa pun yang tidak mematuhi prinsip-prinsip kemanusiaan global, yakni kemanusiaan, imparsialitas, independensi, dan netralitas. Di Wilayah Palestina yang Diduduki, kepala semua entitas PBB dan organisasi nonpemerintah di bawah naungan Humanitarian Country Team (HCT) dengan suara bulat menegaskan sikap ini."

HCT PBB melaporkan otoritas Israel memblokir semua pasokan yang masuk ke Gaza, tidak peduli seberapa penting pasokan itu bagi kelangsungan hidup warga. Toko roti tutup. Dapur umum tutup. Gudang-gudang kosong. Anak-anak kelaparan. Demikian ungkap juru bicara tersebut.

Warga Palestina menunggu untuk menerima makanan gratis dari pusat distribusi makanan di Kota Gaza. (Xinhua)


Haq mengatakan tim itu melaporkan bahwa rancangan rencana yang diberikan kepada mereka oleh Israel akan mengakibatkan sebagian besar wilayah Gaza, termasuk orang-orang yang memiliki keterbatasan dalam pergerakan fisik dan paling rentan, akan terus hidup tanpa pasokan. Hal itu bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan dan tampaknya dirancang untuk memperkuat kendali atas barang-barang yang menopang kehidupan sebagai taktik untuk menekan masyarakat, sebagai bagian dari strategi militer. OCHA mengatakan bahwa pada Minggu, tim PBB berhasil mengambil sejumlah bahan bakar dari sebuah stasiun di Gaza City setelah otoritas Israel memfasilitasi upaya tersebut. Namun, sebagian besar cadangan bahan bakar masih di luar jangkauan karena pasokannya berada di area-area di mana otoritas Israel secara sistematis menolak akses kemanusiaan. Di Rafah, upaya untuk mendapatkan bahan bakar sama sekali tidak difasilitasi sejak 18 April lalu.

"Kami siap untuk kembali meningkatkan pengiriman pasokan dan layanan yang krusial, dan kami memiliki stok signifikan yang siap memasuki wilayah itu segera setelah blokade dicabut," kata tim tersebut.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA) mengatakan serangan udara dan serangan lainnya terus berlanjut di Jalur Gaza, serta melaporkan bahwa puluhan orang tewas dan ratusan lainnya terluka selama akhir pekan, termasuk anak-anak dan warga sipil.

OCHA mengungkapkan perampokan dan penjarahan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, terutama di Gaza City dan sekitarnya, seiring dengan menipisnya persediaan dan penargetan terhadap tempat usaha.

"Ada pula upaya (perampokan atau penjarahan) terhadap gudang-gudang PBB, dan dalam sebagian besar kasus tersebut, para penjaga kami berhasil menghentikannya, atau para penjarah menemukan gudang-gudang tersebut sudah kosong, setelah lebih dari dua bulan blokade skala penuh," kata OCHA.

OCHA merilis beberapa masalah yang semakin membuat frustrasi warga Palestina.

OCHA mengatakan sistem pompa air dan sanitasi di Beit Lahiya, Jalur Gaza utara, yang mati karena ketiadaan bahan bakar pada pekan lalu, masih tidak dapat beroperasi. Pada Jumat (2/5), saluran air utama dari Israel rusak, sehingga pasokan air ke Gaza utara, termasuk Gaza City, terputus hingga separuhnya. Tim baru dapat memperbaikinya pada Minggu (4/5), berkoordinasi dengan pihak otoritas Israel.

Tenda pengungsian di Kota Gaza (Xinhua)


OCHA mengatakan bahwa pada Minggu, tim PBB berhasil mengambil sejumlah bahan bakar dari sebuah stasiun di Gaza City setelah otoritas Israel memfasilitasi upaya tersebut. Namun, sebagian besar cadangan bahan bakar masih di luar jangkauan karena pasokannya berada di area-area di mana otoritas Israel secara sistematis menolak akses kemanusiaan. Di Rafah, upaya untuk mendapatkan bahan bakar sama sekali tidak difasilitasi sejak 18 April lalu.

OCHA juga menyebut bahan bakar sangat penting untuk memberi daya pada sumur air, mengolah limbah, serta agar unit perawatan intensif dan ambulans dapat beroperasi.

"Tim kemanusiaan membutuhkan koordinasi Israel untuk dapat beroperasi di wilayah Gaza yang luas," kata OCHA. "Sejak Sabtu (3/5), sebagian besar upaya tersebut, 19 dari 27 upaya yang telah direncanakan, ditolak mentah-mentah. Upaya lainnya awalnya mendapat lampu hijau, tetapi kemudian dihalangi pada saat di lokasi."

Penerjemah: Xinhua
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |