Jakarta (ANTARA) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan orang tua yang memiliki riwayat alergi makanan tidak perlu membatasi makanan yang dikonsumsi anak saat Makanan Pendamping ASI (MPASI).
"Belum tentu ibunya memiliki alergi, maka anaknya juga otomatis punya alergi. Siapa tahu gen-nya ikut bapaknya. Jadi intinya tidak boleh kita melakukan pemantangan hanya berdasarkan ketakutan karena itu belum tentu akan terjadi," kata Bidang Ilmiah Unit Kerja Koordinasi (UKK) Alergi Imunologi IDAI dr. Endah Citraresmi, Sp.A, Subsp.A.Im(K) dalam webinar IDAI yang diikuti, Selasa.
Menurut Endah, tidak sedikit orang tua dengan riwayat alergi makanan kerap memiliki ketakutan bahwa anaknya juga memiliki kondisi serupa, sehingga akhirnya memantang bahan makanan yang dirasa menjadi penyebab alergi.
Pada akhirnya sang anak saat mencoba menjajal bahan makanan tersebut, tubuhnya malah mengalami alergi karena tidak terbiasa sejak dini memiliki toleransi terhadap bahan makanan itu.
Lebih lanjut, dia mengatakan justru pada masa pemberian MPASI, orang tua harus membiarkan anak merasakan banyak bahan pangan lewat makanannya yang dikonsumsi dari mulut sehingga di masa itu tubuh anak bisa membangun toleransi terhadap berbagai jenis makanan.
"Kita harus mengenalkan aneka rupa makanan pada saat anak mulai MPASI, istilahnya ada diversifikasi makanan. dengan kita mengenalkan berbagai jenis makanan maka kita mengenalkan anak untuk toleran terhadap makanan-makanan tersebut sehingga justru mencegah alergi makanan di kemudian hari," katanya.
Baca juga: Enam manfaat pisang sebagai MPASI untuk kesehatan bayi
Apabila orang tua masih memiliki ketakutan bahwa anaknya berpotensi mengalami riwayat alergi makanan yang sama, Endah menyarankan agar orang tua dapat berkonsultasi langsung dengan dokter anak untuk memastikan kondisi kesehatan sang buah hati.
Dengan demikian, kepastian anak mengidap alergi makanan atau tidak dapat dibuktikan secara medis dan anak nantinya bisa mendapatkan pola makan serta nutrisi optimal yang disesuaikan dengan kondisi tubuhnya tersebut.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mencatat di 2020 secara global sekitar 220 juta orang di seluruh dunia memiliki alergi makanan, hal ini juga tak terkecuali pada anak-anak yang merupakan kelompok rentan.
Dalam jurnal bertajuk "Food allergy in children-the current status and the way forward" yang dirilis 2022 dijelaskan bahwa secara global 4 persen anak-anak di seluruh dunia mengalami alergi makanan. Prevalensi kasusnya terus meningkat dalam dua dekade terakhir.
Kondisi alergi makanan pada anak memberikan beberapa dampak signifikan di antaranya stres dan kecemasan, kualitas hidup yang menjadi buruk karena pembatasan pola makan, malnutrisi karena terbatasnya bahan makanan untuk dikonsumsi, dan mengancam jiwa apabila reaksi berat tidak ditangani dengan baik.
Baca juga: IDAI tepis sejumlah mitos tak tepat seputar pemberian MPASI
Baca juga: Penjelasan dokter terkait penggunaan kaldu instan dalam MPASI
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.