OJK: Gerakan Nasional Cerdas Keuangan jangkau 200 juta peserta

3 hours ago 1

Jakarta (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan program literasi dan edukasi Gerakan Nasional Cerdas Keuangan sudah dilaksanakan dalam 42.121 program dan menjangkau lebih dari 200 juta peserta di seluruh Indonesia hingga Oktober 2025.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi mengatakan program literasi dan edukasi keuangan seperti Gerakan Nasional Cerdas Keuangan ditujukan agar masyarakat dapat mengelola keuangan secara bijak, tangguh, dan juga berkelanjutan.

"Tentu saja ini memerlukan orkestrasi dan juga sinergi dan kolaborasi yang terus menerus antara seluruh pemangku kepentingan," kata dia dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Program literasi dan edukasi keuangan, ujar dia, menyasar seluruh lapisan masyarakat, termasuk generasi muda yang sedang merencanakan keuangan untuk masa depan. Program Gerakan Nasional Cerdas Keuangan pertama kali diluncurkan pada Agustus 2024.

Ia berharap semakin banyak generasi muda yang mampu merencanakan masa depan finansialnya dengan lebih baik, tidak lagi trial and error, tetapi penuh kendali dan arah yang jelas mencapai cita-cita finansial.

Menurut dia, masih banyak tantangan yang dihadapi dalam rangka meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Misalnya, masih banyak masyarakat yang terkena scam atau penipuan.

Jika merujuk data Indonesia Anti-Scam Center hingga November 2025, kerugian masyarakat akibat ulah penipuan yang dilaporkan kepada Indonesia Anti-Scam Center sudah mencapai Rp7,3 triliun, termasuk lebih dari 323 ribu laporan masyarakat.

JIka dibandingkan data pelaporan anti-scam negara lain, setiap harinya rata-rata terdapat 150-200 laporan penipuan.

"Di kita, sehari kita bisa terima 800-1.000 laporan masyarakat yang terkena scam,” kata Friderica.

Modus penipuan yang dilakukan, kata Friderica, antara lain penipuan transaksi belanja yang jumlahnya lebih dari 58 ribu laporan. Karena itu, aksi penipuan ini sangat mengkhawatirkan.

Selain penipuan transaksi belanja, modus lainnya, kata Friderica, adalah telepon palsu dan juga penipuan investasi.

“Berpura-pura menjadi teman kita, saudara kita, berpura-pura mengalami kecelakaan dan lain-lain yang kemudian meminta, yang tidak memberikan kesempatan kepada orang untuk berpikir secara rasional begitu, karena panik dan sebagainya," ujar dia.

OJK menganggap peningkatan literasi keuangan masih menjadi pekerjaan rumah yang besar.

"Masyarakat juga harus semakin waspada, harus mampu membentengi dirinya sendiri agar tidak terjebak ke dalam jebakan seperti scam atau investasi bodong," ujar dia.

Hingga Mei 2025, indeks literasi keuangan Indonesia mencapai 66,46 persen dan indeks inklusi keuangan 80,51 persen. Angka itu meningkat dibanding 2024 yang menunjukkan indeks literasi keuangan 65,43 persen dan indeks inklusi keuangan 75,02 persen.

Baca juga: OJK dorong literasi dan inklusi keuangan lewat FinExpo

Baca juga: OJK: Aset industri keuangan syariah naik 11,3 persen secara tahunan

Baca juga: Cegah penipuan, OJK ingatkan pekerja migran selalu jaga data pribadi

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |