Nissan tunjuk CEO baru usai merger dengan Honda gagal

6 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Nissan Motor Co. mengumumkan bahwa mereka telah menunjuk Chief Planning Officer Ivan Espinosa sebagai CEO baru, menggantikan Makoto Uchida.

Dikutip dari Kyodo, Selasa (11/3) waktu setempat, langkah ini diambil oleh perusahaan otomotif yang sedang bermasalah tersebut untuk menghidupkan kembali bisnisnya di bawah kepemimpinan baru setelah pembicaraan merger dengan Honda Motor Co. mengalami kegagalan.

Espinosa, yang sebelumnya banyak berkecimpung dalam perencanaan produk Nissan di berbagai wilayah termasuk Asia Tenggara serta Amerika Tengah dan Selatan, akan menjabat sebagai CEO mulai 1 April.

Sementara itu, Uchida, 58 tahun, akan tetap menjadi direktur hingga rapat pemegang saham pada bulan Juni.

Baca juga: Nissan pertimbangkan ganti CEO menyusul kondisi lesu perusahaan

Espinosa, 46 tahun, diharapkan dapat segera menyusun strategi untuk memulihkan perusahaan setelah kinerja korporat Nissan menurun drastis, terutama karena penjualan yang lesu di pasar utama seperti Amerika Serikat dan China.

Kritik terhadap Uchida semakin meningkat setelah laba Nissan merosot lebih dari 90 persen dalam sembilan bulan hingga Desember. Perusahaan ini baru saja mengakhiri pembicaraan merger dengan Honda, yang seandainya berhasil akan menciptakan grup otomotif terbesar ketiga di dunia.

Dalam konferensi pers online pada hari Selasa (11/3), Espinosa berjanji untuk mengembalikan Nissan ke jalur pertumbuhan.

"Saya yakin bahwa Nissan memiliki potensi yang jauh lebih besar daripada yang kita lihat saat ini," kata dia.

Meskipun spekulasi semakin meningkat bahwa kepemimpinan baru Nissan mempertimbangkan untuk melanjutkan negosiasi merger dengan Honda, Espinosa menolak berkomentar lebih lanjut mengenai hal tersebut.

Baca juga: Jepang berencana dekati Tesla untuk investasi ke Nissan

Sementara itu, Uchida mengakui tanggung jawabnya atas kegagalan menghidupkan kembali Nissan. Dalam konferensi pers tersebut, ia mengatakan bahwa dirinya tidak mampu mendapatkan kepercayaan dari sebagian karyawan.

"Memulai dengan cara baru akan menjadi yang terbaik bagi Nissan," kata dia.

Wakil presiden Nissan yang bertanggung jawab atas produksi dan pengembangan teknologi juga akan mengundurkan diri.

Berdasarkan rencana awal yang diumumkan pada Desember, Nissan dan Honda awalnya berencana untuk bergabung di bawah satu perusahaan induk pada tahun 2026.

Tujuannya adalah memotong biaya pengembangan kendaraan listrik dan perangkat lunak di tengah persaingan global yang semakin ketat dari perusahaan seperti Tesla Inc. asal AS dan BYD Co. asal China.

Baca juga: Honda-Nissan batal merger karena tak sepakat soal struktur manajemen

Namun, pembicaraan tersebut gagal pada bulan Februari ketika terungkap bahwa Honda mengusulkan agar Nissan menjadi anak perusahaannya.

Hal ini didasari kekhawatiran bahwa Nissan belum menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam upaya pemulihan, yang menjadi prasyarat utama untuk integrasi yang direncanakan.

Uchida mengatakan bahwa Nissan memutuskan untuk menghentikan negosiasi karena perusahaan yang berbasis di Yokohama ini percaya bahwa otonomi mereka tidak dapat dipertahankan di bawah pengaturan tersebut.

Pada bulan November, Nissan mengumumkan rencana untuk memangkas 9.000 pekerjaan dan mengurangi produksi globalnya sebesar 20 persen sebagai bagian dari upaya restrukturisasi.

Namun, banyak analis berpendapat bahwa Nissan tidak dapat bertahan sendiri dan mungkin perlu membentuk kemitraan dengan perusahaan lain, seperti raksasa elektronik asal Taiwan, Foxconn, yang secara resmi dikenal sebagai Hon Hai Precision Industry Co.

Baca juga: Nissan diproyeksi sulit cari mitra usai gagal merger dengan Honda

Espinosa bergabung dengan Nissan di Meksiko pada tahun 2003 sebagai spesialis produk setelah sebelumnya bekerja di perusahaan riset otomotif.

Uchida, yang menjadi CEO pada tahun 2019, mencoba menyeimbangkan kembali aliansi Nissan yang telah berlangsung puluhan tahun dengan produsen mobil Prancis, Renault SA.

Dia setuju untuk menyamakan kepemilikan saham guna meningkatkan otonomi produsen Jepang tersebut, tetapi ia gagal memperkuat daya saing global Nissan.

Di Amerika Serikat, kurangnya kendaraan hybrid dalam lini produk Nissan menjadi salah satu alasan melambatnya bisnis mereka, mengingat permintaan untuk mobil bertenaga bensin-listrik sangat tinggi di sana.

Keengganan perusahaan untuk memperkenalkan model baru juga menghambat pertumbuhannya di China.

Baca juga: Nissan diwartakan sedang cari mitra baru untuk kembangkan EV

Baca juga: Nissan-Dongfeng sajikan N7 untuk pasar China mulai Mei 2025

Pewarta:
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |