Ndikosapu, desa pertama di Ende yang bertekad mandiri dan layak anak

1 week ago 6

Ende (ANTARA) - Desa Ndikosapu ​​​bertekad menjadi desa pertama di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur yang mandiri pangan dan layak anak dengan menekankan pendekatan berbasis sosial-ekologis.

Kepala Urusan Umum Sekretariat Pemerintah Desa Ndikosapu, Dominggus, mengatakan bahwa 16 indikator dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menjadi pedoman untuk menjadikan desa mereka layak anak sekaligus mandiri pangan.

"Inisiatif ini lahir dari keinginan masyarakat dan dorongan Mosalaki (ketua adat) dengan pendampingan dari Yayasan Wahana Visi Indonesia," kata dia yang ditemui di Balai Desa Ndikosapu, Kabupaten Ende, Kamis.

Dia menjelaskan, inisiatif mandiri pangan dan desa layak anak ini telah dirintis sejak 2023 oleh warga bersama tim pendamping dari WVI. Pemerintah desa berharap upaya ini mendapat dukungan lebih lanjut demi masa depan anak-anak Ndikosapu yang lebih cerah.

Adapun salah satu upaya yang digencarkan pemerintah desa adalah memfasilitasi pembuatan akta kelahiran bagi anak-anak yang belum memilikinya. Saat ini, masih sekitar 30-40 anak di Ndikosapu belum memiliki akta kelahiran dan menjadi kendala dalam mengakses layanan pendidikan dan kesehatan.

"Kami juga telah mendirikan Gugus Tugas Layak Anak sebagai langkah awal menunjukkan keseriusan itu, cakupan akta kelahiran 100 persen," ujar Dominggus.

Selain itu, Desa Ndikosapu juga berkomitmen memenuhi indikator desa layak anak Kementerian PPPA lainnya, termasuk kawasan bebas rokok, pendidikan anak integrasi, dan nol persen kekurangan gizi.

Di bidang kemandirian pangan, desa ini telah mengembangkan program Dapur Gizi, di mana para ibu menanam hortikultura dan membudidayakan unggas di pekarangan rumah. Sementara suami mereka bertani di kebun dengan komoditas utama seperti kemiri, jagung, pisang, hingga kopi.

"Mayoritas warga adalah petani tumpang sari, ya, jadi tidak ada waktu bagi mereka mengurus berkas, jadi kami di sini memfasilitasinya. Dulu pun juga tidak ada waktu untuk mengasuh dan menjamin gizi anak, sekarang dengan adanya pendampingan teman-teman WVI semua mulai berubah jadi lebih baik," kata Dominggus.

Baca juga: Hulu Sungai Tengah dinobatkan jadi kabupaten layak anak
Baca juga: Mewujudkan Indonesia layak anak lewat pemberian nutrisi adekuat

Perangkat internet satelit di Balai Desa Ndikosapu, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, Kamis (7/3/2025). ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo


Untuk diketahui Desa Ndikosapu yang merupakan desa yang masih memegang teguh adat-kebudayaan leluhur mereka ini terletak di kawasan perbukitan sekitar 800 MDPL, sebelah paling utara Kabupaten Ende yang sudah memiliki akses jaringan listrik, jalan beton, bahkan internet satelit secara mandiri dari tabungan masyarakat dan dana desa.

Namun tantangannya adalah jaringan listrik di desa ini kerap padam berhari-hari, sementara akses jalan sebagian dalam kondisi terputus akibat longsor dengan panjang sekitar delapan meter.

"Sudah dua hari ini padam listrik. Kami sudah melaporkan ke pusat (Pemerintah Kabupaten Ende), termasuk meminta alat berat untuk bersihkan tumpukan material batu di jalan desa tapi belum ada tindak lanjut. Kami berharap ada perhatian lebih agar desa ini bisa terus berkembang," cetus Dominggus, yang juga didampingi oleh Mosalaki Antonius.

Warga berjalan kaki melintasi jalan rusak karena tertimbun bebatuan besar material longsor di Desa Ndikosapu, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, Kamis (7/3/2025). ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo


Sementara itu, Area Program Manager Klaster Flores Tengah WVI, Abner R. Sembong, mengatakan bahwa
inisiatif dari masyarakat adalah modal yang sangat penting untuk menjadikan desa itu sebagai desa layak anak dan di dalamnya juga mandiri pangan.

Dukungan positif dan inisiatif untuk maju dari masyarakat itu menurutnya menjadi penyemangat tim dari WVI yang secara sukarela mendampingi mereka selama beberapa tahun terakhir.

Abe menyebutkan ada banyak program yang telah direalisasikan bersama, khususnya pada sektor pendidikan dan kesehatan anak-anak Desa Ndikosapu, seperti pembuatan saluran air bersih sepanjang 7 kilometer, mengadakan pos gizi dan membangun dapur gizi. Adapun intervensi gizi ini diberikan kepada anak-anak baduta-balita sehingga berat badannya ideal dan terhindar dari kerawanan stunting.

"Rutin 10 hari pos gizi dilakukan. Di mana dalam prosesnya gizi anak-anak di sini dievaluasi selama tiga bulan, melibatkan kader posyandu, jadi tahu bagaimana tumbuh kembangnya. Kalau terjadi sesuatu bisa dilakukan tindakan segera, itu tujuannya," kata dia.

Baca juga: Jakpus optimalkan pengadaan infrastruktur wujudkan kota layak anak
Baca juga: Kota Surabaya jadi kota layak anak dunia akreditasi UNICEF

Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |