Berlin (ANTARA) - Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, memperingatkan bahwa China dan Rusia menjadi ancaman yang semakin besar bagi aliansi transatlantik itu, serta NATO saat ini sedang mempersiapkan kemungkinan serangan besar-besaran Rusia terhadap wilayah aliansi dalam beberapa tahun mendatang.
“Xi Jinping, Presiden China, sebelum menyerang Taiwan, kemungkinan besar akan terlebih dahulu menelepon Moskow untuk meminta (Presiden Rusia) Putin untuk membuat kami tetap sibuk di kawasan Eropa ini,” kata Rutte kepada wartawan dalam konferensi pers bersama Kanselir Jerman Friedrich Merz di Berlin, Jerman, Rabu (9/7).
China sedang membangun kekuatan militer dengan sangat cepat. Saat ini mereka memiliki lebih banyak kapal perang yang berlayar dibandingkan Amerika Serikat, katanya menambahkan.
“Mereka akan memiliki 100 kapal lagi pada 2030. Mereka kini memiliki 1.000 hulu ledak nuklir. Itu bukan untuk mengadakan parade di Beijing. Itu memang untuk digunakan, untuk dimanfaatkan,” tegasnya.
Sekjen NATO memprediksi bahwa China akan berupaya mengambil kendali atas Taiwan.
“Kami berasumsi, berdasarkan berbagai diskusi yang telah kami lakukan, dan tentu saja, apa yang kami ketahui dari sumber kami bahwa risiko tersebut semakin meningkat,” ucapnya.
Rutte berargumen bahwa ancaman keamanan terhadap NATO dari kawasan Indo-Pasifik telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Presiden Brasil sentil NATO soal perlombaan senjata di KTT BRICS
Ia menyoroti partisipasi aktif Korea Utara dalam perang Ukraina dengan mendukung Rusia, penyediaan barang-barang berteknologi ganda oleh China kepada Rusia, serta kerja sama teknologi drone antara Iran dan pasukan Rusia.
Kepala aliansi itu berspekulasi bahwa Rusia tidak akan berhenti di Ukraina dan kemungkinan akan melancarkan serangan ke wilayah NATO dalam jangka waktu tujuh tahun ke depan.
"Beberapa jenderal senior Jerman sendiri telah memprediksi bahwa dalam tiga, lima, atau tujuh tahun dari sekarang, Rusia mungkin dapat meluncurkan serangan besar-besaran ke wilayah NATO. Tiga tahun berarti sekarang, lima tahun berarti pekan depan, tujuh tahun berarti bulan depan,” katanya mengingatkan.
Dirinya turut menuturkan bahwa sekutu Eropa harus meningkatkan anggaran pertahanan mereka untuk memperkuat daya tangkal.
Rutte juga menekankan bahwa negara-negara anggota NATO memutuskan untuk meningkatkan target pengeluaran pertahanan pada KTT bulan lalu bukan untuk menyenangkan Presiden AS Donald Trump, tetapi karena mereka menyadari ancaman yang semakin nyata.
“Kami tidak menaikkan anggaran inti 5 persen atau 3,5 persen untuk menyenangkan satu orang. Kami melakukannya ini karena kami tahu ancaman itu ada. Ancaman terhadap AS, terhadap Kanada, dan terhadap sekutu-sekutu Eropa. Dan itulah mengapai kami perlu meningkatkan anggaran pertahanan,” ucap dia.
Sumber: Anadolu
Baca juga: AS: Rusia terusik oleh kenaikan anggaran pertahanan NATO
Baca juga: Lelucon "Daddy" KTT NATO dan agenda Eropa yang dikesampingkan
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.