Jakarta (ANTARA) - Meski Imlek telah berlalu, lampion-lampion merah khas Tionghoa tampak berderet di atas jalan yang ramai pengunjung. Warung dan restoran penjaja aneka makanan dan minuman khas setempat disesaki pembeli di tengah terik matahari siang. Kendaraan umum dan pribadi pun tak ketinggalan turut memadati ruas jalan yang menjadi nadi kawasan Pecinan-nya Bogor itu, Jalan Surya Kencana.
Terletak tak jauh darilandmarkikonis Kebun Raya Bogor, Jalan Surya Kencana sering dipenuhi pelancong setiap akhir pekan dan hari libur. Kebanyakan dari mereka ingin menikmati kuliner khas Tionghoa dan Sunda yang banyak dijual di kawasan tersebut. Selain daya tarik kuliner, bentangan arsitektur bangunan di kanan-kiri jalan itu pun menarik untuk diamati.
Di sepanjang Jalan Surya Kencana, toko dan restoran lawas berbaur dengan deretan toko dan restoran yang terbilang baru. Di antara toko, restoran, dan bangunan komersial lainnya, terdapat beberapa rumah kuno yang jumlahnya tak lagi banyak. Gaya arsitektur Indis yang dimiliki rumah-rumah kuno itu membangkitkan rasa ingin tahu tentang sejarah dan perkembangan kawasan tersebut.
Menurut sejarahnya, jalan ini dibangun oleh Daendels pada 1808 sebagai bagian dari Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan. Pada 1905, namanya diganti menjadi Jalan Handelstraat. Dan pada 1970-an, pemerintah Bogor secara resmi menamai jalan tersebut sebagai Jalan Surya Kencana, yang oleh masyarakat setempat dikenal dengan singkatannya,"Surken".

"Kami melatih keterampilan fotografi sembari berwisata dan mencicipi kuliner di sini," kata Ilham, seorang anggota sebuah klub fotografi asal Jakarta, saat ditemui Xinhua pada awal bulan ini.
"Bangunan-bangunan khas Tionghoa di sini perlu dipertahankan terus ke depannya, meski ada revitalisasi. Kalau tidak, ciri khas area ini sebagai kawasan Pecinan bisa pudar," tutur Atok, salah seorang pengunjung.
Sejumlah program revitalisasi memang telah dilaksanakan oleh pemerintah kota Bogor. Pembetonan jalan, pembangunan trotoar, pendirian sentra kuliner, dan pembuatan pilar-pilar jalan berciri khas Tionghoa di kanan-kiri Surya Kencana menjadi beberapa contoh hasil revitalisasi.

Menurut otoritas setempat, mulurnya pengerjaan penataan kawasan Surya Kencana disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain banyaknya perubahan perencanaan di tengah proses pengerjaan dan padatnya penduduk di kawasan tersebut.
Seiring perkembangan zaman, modernisasi tak akan terelakkan di mana pun. Namun demikian, revitalisasi Surya Kencana diharapkan tidak menanggalkan identitasnya sebagai salah satu kawasan Pecinan di Indonesia dan tetap melestarikan warisan budaya yang dimilikinya.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2025