Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut pertumbuhan subsektor industri mengalami pertumbuhan yang solid hingga 12,27 persen selama satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Beberapa subsektor yang mencatatkan pertumbuhan lebih tinggi dari rata-rata nasional, yakni industri logam dasar 12,27 persen, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki 8,13 persen, serta industri makanan dan minuman 6,18 persen.
"Pertumbuhan di berbagai subsektor ini mencerminkan semakin solidnya struktur industri nasional, baik dari hulu hingga hilir," ujar Agus di Jakarta, Senin.
Selain itu, subsektor barang logam, elektronik dan peralatan listrik, industri kimia dan farmasi, serta industri mesin dan perlengkapan juga menunjukkan pertumbuhan kuat di kisaran 5-6 persen.
Agus juga memaparkan peningkatan signifikan terjadi pada nilai tambah manufaktur Indonesia. Berdasarkan data World Bank dan United Nations Statistics, Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia pada tahun 2024 mencapai 265,07 miliar dolar AS.
Pencapaian ini menempatkan Indonesia di peringkat 13 dunia, kelima di Asia, serta pertama di ASEAN, melampaui Thailand dan Malaysia.
Dari sisi daya saing global, laporan Institute for Management Development (IMD) tahun 2025 menempatkan Indonesia di posisi ke-40 dari 69 negara dalam World Competitiveness Ranking.
Kinerja terbaik dicatat pada aspek kinerja ekonomi (peringkat ke-24) dan efisiensi bisnis (peringkat ke-26). Namun, masih terdapat tantangan pada aspek infrastruktur (peringkat ke-57).
"Oleh karena itu, pemerintah terus mempercepat pembangunan infrastruktur industri, termasuk energi, logistik, serta pengembangan sumber daya manusia yang produktif dan adaptif," kata Agus.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga berkomitmen menciptakan iklim usaha yang kondusif agar industri nasional semakin berdaya saing.
Ia menegaskan bahwa pemerintah akan terus menjaga momentum ekspansi industri dengan kebijakan yang berpihak pada pelaku usaha domestik. Beberapa strategi yang akan dilakukan adalah menjamin perlindungan pasar dalam negeri, penguatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN), peningkatan teknologi produksi, hingga peningkatan kualitas tenaga kerja industri.
Menurutnya, beberapa langkah tersebut dapat membuat manufaktur Indonesia semakin tangguh, berdaya saing, dan berkelanjutan.
Sementara itu, optimisme pelaku industri tercermin dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang pada September 2025 berada di angka 53,02. Ini menunjukkan kondisi ekspansif. Sementara Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia pada periode yang sama juga berada di 50,4.
"Kedua indikator ini menunjukkan keyakinan pelaku usaha terhadap prospek industri yang tetap positif," terangnya.
Lebih lanjut, rata-rata utilisasi sektor IPNM sepanjang Oktober 2024 - Agustus 2025 mencapai 62 persen, yang berarti masih terdapat ruang luas untuk ekspansi produksi industri nasional.
"Kami akan terus menjaga stabilitas industri dalam negeri agar kapasitas ini dapat dimanfaatkan secara optimal," imbuhnya.
Baca juga: Kemenperin: Industri logam dasar tumbuh gemilang di tengah perlambatan
Baca juga: BPS: Pulau Jawa masih dominasi struktur ekonomi RI
Baca juga: Kemenperin: Pemberdayaan IKM bakal perkuat struktur industri nasional
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































