Sidoarjo, Jawa Timur (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno mengungkapkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memutuskan menggunakan alat berat untuk mengevakuasi korban dari bangunan di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Sidoarjo yang ambruk pada Senin (29/9) lalu.
"Hal ini dilakukan setelah seluruh pihak terkait berdiskusi dengan keluarga korban. Keluarga juga setuju untuk penggunaan alat berat," kata Menko Pratikno di Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis.
Menurutnya, dari dialog tersebut tim gabungan telah mengonfirmasi kepada para keluarga bahwa tidak lagi ditemukan tanda-tanda kehidupan dari korban di bawah reruntuhan gedung mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Sidoarjo.
Ia menyatakan para keluarga pun telah menyetujui proses tersebut dengan menandatangani dokumen terkait detail proses.
Baca juga: SAR merayap 3 jam di bawah runtuhan guna selamatkan santri Al Khoziny
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menjelaskan pihaknya telah menyiapkan 219 petugas terlatih, 300 kantong jenazah, 30 truk sampah, 30 ambulans, serta lima derek (crane) guna melancarkan proses tersebut.
Suharyanto juga menjelaskan jika ada keluarga korban yang kesulitan terkait proses pemakaman atau membawa jenazah ke luar daerah Sidoarjo, maka pemerintah siap membantu seluruh prosesnya.
Sementara itu Kepala Subdirektorat Pengarahan dan Pengendalian Operasi (RPDO) Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Emi Freezer menyatakan proses evakuasi korban yang telah memasuki tahap pemulihan (recovery) menggunakan alat berat tersebut hanya akan dilaksanakan hingga sore hari.
"Dengan pertimbangan pencahayaan dan visibilitas terbatas, serta unsur keselamatan para petugas yang ada di lapangan adalah hal utama, maka kami putuskan untuk tidak melaksanakan proses pada malam hari," kata Freezer.
Baca juga: Grand Syekh Al Azhar sampaikan duka atas tragedi di Ponpes Al Khoziny
Selain itu Freezer menjelaskan sebelum seluruh pihak memutuskan untuk menyetujui penggunaan alat berat, pihak Basarnas telah tiga kali melakukan asesmen di lapangan untuk memastikan adanya tanda-tanda kehidupan sejak Rabu (1/10) malam hingga Kamis (2/10) pagi.
Dari proses asesmen menggunakan berbagai alat-alat mutakhir, Basarnas menyimpulkan bahwa sudah tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan dari korban.
"Asesmen dilakukan pada pukul 23.00 WIB pada Rabu malam, kemudian pada pukul 02.00 WIB dan terakhir pada 07.00 WIB Kamis, hasilnya nihil (tanda kehidupan)," kata Freezer.
Ia juga menerangkan nantinya seluruh proses pengangkatan puing menggunakan derek tersebut akan dilakukan secara bertahap. Menurutnya, setiap satu kali proses pengangkatan akan diikuti oleh asesmen ulang demi memastikan seluruh proses aman.
Baca juga: Basarnas: Posisi santri sudah kian terhimpit di bawah runtuhan beton
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah/Fahmi Alfian
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.