Menkes: Adopsi AI dalam inovasi medis bantu bangun sistem kesehatan

3 months ago 51

Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mencontohkan sejumlah inovasi teknologi medis yang dapat diadopsi, seperti kecerdasan buatan (AI) untuk efisiensi layanan atau PCSK9 inhibitor, yakni obat kolesterol guna membangun kesehatan nasional yang efisien, inklusif, dan berkelanjutan.

"Teknologi ini dapat mempercepat diagnosis, mempersingkat waktu operasi, dan mengurangi masa rawat inap yang pada akhirnya menekan biaya sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan," katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.

Dia menjelaskan potensi AI dapat dimanfaatkan untuk membuat layanan kesehatan lebih efisien, melalui inovasi medis seperti bedah robotik.

Baca juga: Kolaborasi transfer teknologi AI upaya permudah deteksi dini kanker

Menkes menyebut bahwa inovasi dan teknologi medis merupakan elemen penting dalam membangun sistem kesehatan nasional, mengingat belanja sektor kesehatan terus meningkat, tidak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi nasional.

“Kalau kita terus menambah belanja tanpa efisiensi, sistem ini tidak akan bertahan. Kita ibarat rumah tangga yang pengeluarannya naik 50 persen, tapi penghasilan hanya naik 8 persen. Ini jelas tidak seimbang,” ujar Budi.

Contoh inovasi lainnya yang bisa diadopsi, katanya, PCSK9 inhibitor, obat kolesterol generasi baru yang cukup disuntikkan satu kali dan terbukti mampu menurunkan kadar kolesterol secara signifikan. Obat ini direncanakan mulai digunakan di 500 rumah sakit di seluruh Indonesia sebagai solusi yang lebih efisien dibandingkan terapi konvensional yang mahal dan harus dikonsumsi setiap hari.

Budi menjelaskan untuk menyamai standar layanan kesehatan seperti di Malaysia, Indonesia membutuhkan tambahan anggaran hingga USD 84 miliar dalam lima tahun ke depan, tiga kali lipat dari anggaran saat ini. Karena itu, pendekatan berbasis teknologi dinilai sebagai strategi kunci agar sistem kesehatan tetap tangguh dan adaptif di tengah keterbatasan fiskal.

Pemerintah memperkirakan total belanja sektor kesehatan Indonesia akan mencapai USD 240 miliar dalam lima tahun ke depan. Sekitar sepertiga dari anggaran tersebut, akan dialokasikan untuk pengadaan alat kesehatan dan pengembangan teknologi medis.

Baca juga: Wamenkomdigi ungkap pentingnya pengawasan AI di sektor kesehatan

Baca juga: Kolegium Radiologi: USG ber-AI akselarasi transformasi kesehatan

“Teknologi tidak hanya membantu dokter, tetapi juga menyelamatkan anggaran negara. Kita harus mulai berpikir membangun sistem yang cerdas, bukan sekadar besar,” tegasnya.

Dia membagikan refleksi dari latar belakangnya sebagai bankir. Ia menyebut bahwa krisis selalu hadir dalam dua wajah, yakni bahaya dan peluang. Saat ini, Indonesia berada di titik transisi penting, dan teknologi kesehatan adalah jawaban atas tekanan fiskal yang kian berat.

“Kita bisa melihat krisis sebagai ancaman atau sebagai peluang. Bagi saya, ini adalah saat yang tepat untuk bertindak. Mari kita bangun sistem kesehatan Indonesia yang tangguh dan modern bersama,” ujarnya.

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |