Jakarta (ANTARA) - Menteri Kehutanan (Menhut), Raja Juli Antoni menyebut upaya untuk menyelamatkan populasi badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) sebagai pertobatan ekologis setelah aktivitas manusia mempersempit ekosistem satwa terancam punah itu.
"Saya kira ini bagian dari pertobatan ekologis kita, karena ekosistem badak bagaimanapun semakin sempit, ruang gerak, home range semakin sempit, dan saya kira itu adalah tanggung jawab kita dengan alasan apapun, apakah itu perumahan, pembangunan, perkebunan," kata Menhut Raja Juli Antoni dalam acara Kick Off Operasi Merah Putih Translokasi Badak Jawa di Kantor Kemenhut, Jakarta, Jumat.
Dia menyoroti bahwa badak Jawa, yang masuk dalam kategori sangat kritis terancam punah dalam Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN), hanya tersisa populasi di wilayah Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) di Banten.
Baca juga: Kemenhut mulai Operasi Merah Putih untuk translokasi badak Jawa
Tidak hanya ruang jelajah yang semakin mengecil, populasi sudah sangat kecil yang tersisa 87-100 individu itu juga terancam dengan aksi perburuan ilegal oleh manusia yang tidak bertanggung jawab.
Padahal, populasi badak Jawa yang ada di dunia hanya tersisa di wilayah semenanjung di TNUK. Setelah populasi lain yang secara historis tersebar di daratan Asia dinyatakan punah.
Dalam kesempatan itu, dia menyampaikan apresiasi atas kolaborasi bersama TNI dan Yayasan Badak Indonesia (YABI) untuk pelaksanaan translokasi badak Jawa yang rencananya dimulai pada Agustus 2025.
Hal itu sesuai dengan semangat yang selalu digaungkan Presiden Prabowo Subianto untuk berkolaborasi dalam setiap langkah dan kebijakan, termasuk dalam upaya konservasi satwa dilindungi.
"Pak Prabowo selalu mengatakan kita harus berkolaborasi. Bekerja sendiri hampir mustahil bisa menghasilkan sesuatu hal yang monumental, sesuatu hal yang besar," jelasnya.
Dengan peluncuran hari ini, Kemenhut resmi memulai proses translokasi sepasang individu badak Jawa dari habitat asli mereka di Semenanjung Ujung Kulon menuju Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) di Desa Ujungjaya, Kabupaten Pandeglang.
Kedua lokasi itu masih berada dalam wilayah TNUK dan berjarak sekitar 14 kilometer dengan melintasi laut.
Translokasi itu dilakukan untuk membentuk populasi kedua dari satwa tersebut. Setelah kajian ilmiah menunjukkan badak Jawa menghadapi risiko tinggi dengan keterbatasan daya dukung habitat, rendahnya keragaman genetik, serta tingkat perkawinan sedarah atau inbreeding mencapai 58,5 persen.
Kemenhut menyoroti bahwa Population Viability Analysis (PVA) memprediksi spesies itu berpotensi punah dalam waktu kurang dari 50 tahun tanpa intervensi nyata karena faktor-faktor tersebut.
Baca juga: Kemenhut: Hanya Indonesia yang mampu mengonservasi badak Jawa
Baca juga: BTNUK kembangkan badak jawa melalui penangkaran JRSCA
Tahapan yang harus dilalui untuk translokasi itu dimulai dari persiapan lapangan, termasuk pembangunan perangkap aman, persiapan kandang sementara dan akses logistik untuk pemindahan.
Sudah dilakukan pemilihan individu badak terdiri atas badak jantan dan betina dengan haplotype yang berbeda untuk memastikan tidak terjadi perkawinan sedarah.
Pemindahan akan dilakukan oleh TNI menggunakan alutsista, yang salah satunya menggunakan jalur perairan. Batalyon Kendaraan Amfibi Pengangkut Artileri (Yonkapa) 1 Marinir sebelumnya sudah menggelar simulasi penggunaan Ranpur Kapa K-61 pada Mei lalu untuk menguji kemampuan angkut kandang badak jawa melintasi laut.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.