Malang (ANTARA) - Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT) Yandri Susanto menegaskan bahwa saat ini desa bukan lagi sebagai objek pembangunan, akan tetapi subjek pembangunan.
"Dengan diletakkannya desa di dalam Asta Cita ke-6 Presiden Prabowo Subianto, membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan, menjadikan desa bukan lagi sebagai objek, tapi subjek pembangunan," katanya saat memberikan kuliah kebangsaan dalam penutupan Tanwir Ke-33 IMM di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Malang, Jawa Timur, Jumat.
Untuk menyukseskan Asta Cita ke-6 tersebut, Kemendes PDT membuat 12 aksi prioritas Bangun Desa Bangun Indonesia.
Dia mengharapkan dengan kolaborasi berbagai pihak, 12 aksi tersebut dapat menyukseskan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.
Saat ini, Kementerian Desa PDT mempunyai program Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), juga ada desa ekspor, desa wisata, dan lain sebagainya. Selain itu, program utama pemerintah, yaitu Koperasi Desa Merah Putih dan Makan Bergizi Gratis (MBG) juga berbasis di desa.
Yandri menjelaskan capaian positif BUMDes yang mencatatkan pendapatan bersih hingga Rp28 miliar per tahun serta kemajuan desa ekspor di berbagai daerah, seperti Blitar dan Banyumas.
Baca juga: Mendes PDT ungkap tujuan Program Desa tematik untuk dukung MBG
Pemerintah, katanya, mendorong munculnya desa tematik, seperti desa ikan nila, desa ayam petelur, hingga desa jagung dan timun.
Dengan banyak program dan terbuka peluang ada di desa, ia mengajak para pemuda atau mahasiswa yang sudah selesai belajar untuk kembali membangun desa masing-masing.
“Saya mengajak, mari kita ciptakan lapangan kerja di Republik ini, yang berangkat dari desa. Boleh kita tinggal di desa, tapi pendapatan mengalahkan orang-orang kota,” ujar mantan Wakil Ketua MPR RI ini.
Pada kesempatan itu, ia mengajak Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) bekerja sama dan menjadi bagian dalam pembangunan desa yang berkelanjutan.
"Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto bahwa kita ini bukan Superman, tapi super tim. Oleh karena itu, saya nilai IMM sebagai tim yang layak untuk diajak berkolaborasi dan bekerja sama untuk membangun desa," kata dia.
Ia mengaku bahwa kehadirannya ke Tanwir IMM bukan untuk ceramah, tetapi mengajak kerja sama IMM untuk membangun desa.
"IMM adalah tim yang layak saya ajak untuk bersama-sama membangun desa,” ujarnya.
Dalam forum yang dihadiri oleh ribuan kader IMM berasal dari seluruh Indonesia tersebut, ia mengatakan bahwa keterlibatan pemuda di desa menjadi hal penting dalam keberhasilan pembangunan.
Ia juga menyoroti tantangan urbanisasi ekstrem, seperti di Jepang dan Korea Selatan, di mana sebagian besar warga meninggalkan desa untuk tinggal di kota. Fenomena ini, berpotensi menimbulkan krisis sosial dan ekonomi.
Rektor UMM Nazaruddin Malik menekankan pentingnya melahirkan insan paripurna, manusia seutuhnya yang tidak hanya unggul dalam transfer ilmu, tetapi juga spiritualitas, keagamaan, dan kebangsaan.
“UMM sebagai amal usaha Muhammadiyah akan terus mendukung kegiatan seperti Tanwir ini,” ujarnya.
Di sela agenda penutupan Tanwir XXXIII IMM, juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara Kemendes PDT dengan Universitas Muhammadiyah Malang dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat desa dan daerah tertinggal.
Baca juga: Kemendes ajak generasi muda gunakan & tak malu pakai wastra Nusantara
Baca juga: Mendes PDT: Kopdes Merah Putih pusat ekonomi terbaik di tingkat desa
Baca juga: Mendes ajak seluruh pihak kompak sukseskan Kopdes Merah Putih
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: M. Hari Atmoko
								Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































