Media China desak IAEA awasi Jepang usai pernyataan terkait nuklir

1 hour ago 2

Tokyo (ANTARA) - Media China mendesak Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk memperketat pengawasannya terhadap Jepang setelah seorang pejabat keamanan di kantor Perdana Menteri Sanae Takaichi menyarankan agar Tokyo seharusnya memiliki senjata nuklir untuk pertahanan.

Global Times, sebuah tabloid yang berafiliasi dengan Partai Komunis yang berkuasa, pada Rabu, mengatakan dalam editorialnya bahwa Jepang memiliki cadangan teknologi nuklir yang maju dan yang lebih mengkhawatirkan adalah Jepang telah menimbun jumlah plutonium terpisah yang sangat besar.

“Begitu fasilitas pemrosesan ulang bahan bakar nuklir di Desa Rokkasho, Prefektur Aomori, beroperasi penuh, Jepang akan memperoleh kemampuan untuk memproduksi senjata nuklir dalam jangka waktu yang sangat singkat,” klaim surat kabar tersebut.

Tabloid itu menyerukan pembentukan rantai mekanisme pemantauan dan pencegahan yang komprehensif yang menargetkan potensi aktivitas nuklir Jepang dengan Dewan Keamanan PBB dan IAEA sebagai inti.

Editorial tersebut juga menyerukan diadakannya diskusi khusus di Dewan Keamanan PBB guna membahas pernyataan pejabat keamanan Jepang tersebut.

Komunitas internasional, menurut Global Times, harus mendorong adopsi resolusi agar mekanisme sanksi yang sesuai dalam kerangka PBB akan secara otomatis diberlakukan jika Jepang diketahui telah mengambil langka-langkah substansial menuju perolehan senjata nuklir.

Tulisan Global Times itu muncul setelah pejabat keamanan Jepang mengatakan pada pekan lalu dalam pertukaran informal dengan wartawan, bahwa Tokyo sudah seharusnya memiliki senjata nuklir.

“Saya pikir kita seharusnya memiliki senjata nuklir,” kata pejabat keamanan Jepang yang tidak disebutkan namanya.

Pernyataan itu kemudian memicu kecaman, termasuk dari para penyintas bom atom di Jepang. Namun, pejabat tersebut menambahkan bahwa gagasan itu tidak realistis.

Sementara itu pada Senin (22/12), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, kembali menegaskan kritik Beijing terhadap pernyataan tersebut, dengan mengatakan bahwa pernyataan itu merupakan tantangan terang-terangan terhadap tatanan internasional pascaperang dan rezim nonproliferasi nuklir.

“Ancaman serius bagi perdamaian dan stabilitas regional dan internasional,” ucap Lin.

Lin juga menyoroti bahwa Jepang telah lama memproduksi dan memiliki stok plutonium jauh melampaui kebutuhan untuk program tenaga nuklir sipil.

Sementara itu, China kemungkinan akan meningkatkan persenjataan nuklirnya sekitar 100 hulu ledak pada 2024 menjadi sekitar 600 hulu ledak, menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) pada Juni.

SIPRI turut mencatat bahwa Beijing memperluas persediaan nuklirnya lebih cepat daripada negara mana pun.

Adapun sebagai negara yang diakui memiliki senjata nuklir, China tidak diwajibkan menerima inspeksi IAEA, sehingga menimbulkan kekhawatiran mengenai kurangnya transparansi dalam pengendalian material nuklirnya.

Beijing juga belum melaporkan stok plutoniumnya kepada badan pengawas nuklir yang berbasis di Wina tersebut sejak 2016.

Sumber: Kyodo-OANA

Baca juga: China tolak keras kemungkinan Jepang bisa miliki senjata nuklir

Baca juga: Hiroshima desak Pemerintah Jepang junjung tinggi prinsip nonnuklir

Baca juga: AS tegaskan Jepang tetap komitmen pada prinsip non-nuklir

Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |