Jakarta (ANTARA) - Dokter subspesialis infeksi dan imunologi mata lulusan Universitas Indonesia dr. Eka Oktaviani Budiningtyas Sp.M mengatakan mata yang sering berkedip tidak ada kaitannya dengan cacingan seperti yang kerap diketahui masyarakat awam.
“Tidak ada hubungan untuk mata kedip-kedip dan cacingan,” kata dokter yang disapa Vani ini dalam diskusi kesehatan tentang mata di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan kondisi mata yang sering berkedip tidak disebabkan langsung oleh cacingan. Mata berkedip biasanya disebabkan karena mata kering, atau ada kelainan refraksi.
Baca juga: Mata kanan dan kiri merah biasanya karena alergi
Baca juga: Mata merah jadi gejala subvarian COVID-19 Arcturus
Kondisi ini harus segera ditangani oleh dokter spesialis mata untuk penanganan lebih lanjut karena jika dibiarkan akan terjadi kerusakan berulang sehingga menjadi masalah kronik yang bisa menyebabkan kebutaan.
Namun, Vani mengatakan cacing bisa menginfeksi mata meskipun jarang terjadi. Infeksi cacing juga umumnya dialami anak-anak karena banyak bermain di taman atau tanah dan bisa menyebabkan mata iritasi, gatal atau bengkak.
Selain itu, ia juga menyarankan untuk menjaga kebersihan tangan dan wajah setelah beraktivitas untuk menghindari paparan virus dan bakteri penyebab infeksi mata atau dalam kondisi parah bisa menyebabkan uveitis atau mata merah.
“Biasanya ada riwayat temennya lah yang sakit mata atau keluarganya, dan biasanya dia gampang menular, pertama mata kanan, berikutnya mata kiri. Langsung kena berapa hari kemudian tuh biasanya mungkin infeksi yang lebih eksternal kayak virus atau bakteri yang mengenanya tuh konjunktivitis, bukan uveitis,” kata Vani.
Ia juga menyebut pemeriksaan melalui puskesmas juga bisa membantu, dan disarankan jika ada gangguan mata apapun seperti kemerahan atau iritasi segera berobat agar mendapatkan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat selanjutnya dan jangan melakukan pengobatan mandiri tanpa pendampingan medis.
“Jadi selama itu keluhannya adalah mata merah terutama dengan mata buram harusnya si pasien tidak ada masalah untuk mendapat rujukan karena memang kita tidak bisa pungkiri kalau pasien mengeluh matanya merah kita nggak bisa tebak-tebakan penyebabnya apa, kita harus lihat sendiri,” kata Vani.
Baca juga: Mata merah uveitis jadi salah satu penyumbang angka kebutaan
Baca juga: Benarkah sakit mata bisa menular lewat tatapan? Ini faktanya
Baca juga: DKI ingatkan peran orang tua dibutuhkan guna jaga kesehatan mata anak
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.