Manfaat iktikaf dan perbuatan yang bisa membatalkannya

3 hours ago 3

Jakarta (ANTARA) - Setiap kali bulan Ramadhan tiba, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salah satu amalan yang memiliki keutamaan besar adalah iktikaf, yaitu berdiam diri di masjid dengan niat untuk fokus beribadah.

Iktikaf umumnya dilaksanakan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, di mana seseorang meninggalkan kesibukan duniawi untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah melalui doa, membaca Al-Quran, serta berbagai amalan kebaikan lainnya.

Rasulullah SAW bersabda bahwa mereka yang melaksanakan iktikaf di sepuluh malam terakhir seolah-olah sedang beriktikaf bersama beliau.

مَنِ اعْتَكَفَ مَعِي فَلْيَعْتَكِفَ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ

Artinya: "Siapa yang ingin beriktikaf bersamaku, maka beriktikaf pada sepuluh malam terakhir," (HR Ibnu Hibban).

Ibadah iktikaf tidak sekadar berdiam diri di masjid, tetapi juga menjadi momen untuk merenung, memperbaiki kualitas spiritual, serta berupaya meraih keutamaan malam Lailatul Qadar yang penuh keberkahan.

Iktikaf memiliki berbagai manfaat, seperti meningkatkan ketakwaan, menenangkan hati, dan memperkuat hubungan dengan Allah. Namun, agar ibadah ini tetap sah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, termasuk larangan-larangan yang dapat membatalkannya.

Berikut ini adalah manfaat utama iktikaf serta hal-hal yang dapat membatalkan ibadah tersebut agar dapat dilakukan dengan lebih khusyuk dan penuh keikhlasan, yang telah dilansir dari berbagai sumber.

Manfaat dan keutamaan iktikaf

Mengutip dari situs Baznas, ibadah iktikaf yang dilakukan dengan niat yang tulus dan penuh kekhusyukan memiliki banyak manfaat dan keutamaan. Berikut beberapa di antaranya:

1. Mendekatkan diri kepada Allah SWT

Iktikaf memungkinkan seorang Muslim berada di lingkungan masjid yang suci dan penuh ketenangan. Hal ini membantu dalam meningkatkan ibadah, seperti membaca Al-Quran, berdzikir, serta memperbanyak doa kepada Allah SWT. Melalui iktikaf, seseorang dapat lebih mendalami makna kehidupan dan semakin giat dalam beribadah.

2. Menjauhkan diri dari godaan dunia

Selama beriktikaf, seseorang membatasi diri dari berbagai aktivitas duniawi yang dapat mengganggu konsentrasi dalam beribadah. Dengan begitu, fokus untuk mendekatkan diri kepada Allah menjadi lebih maksimal dan ibadah pun dapat dilakukan dengan lebih khusyuk.

3. Meraih pahala yang besar

Dengan memperbanyak ibadah dan dzikir selama iktikaf, seorang Muslim berkesempatan mendapatkan pahala yang berlimpah. Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang beriktikaf di masjidku, maka dia melakukannya karena mencari wajah Allah. Oleh karena itu, maka tidaklah boleh seseorang yang beriktikaf keluar dari masjid kecuali untuk keperluan mendesak." (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Mempererat hubungan sosial

Selain memperkuat hubungan dengan Allah, iktikaf juga menjadi kesempatan untuk menjalin silaturahmi dengan sesama jamaah di masjid. Interaksi yang terjalin selama iktikaf dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, saling mendukung dalam beribadah, serta mempererat persaudaraan sesama Muslim di lingkungan sekitar.

5. Membiasakan diri untuk beribadah secara konsisten

Iktikaf membantu seseorang membangun kebiasaan baik dalam beribadah. Dengan fokus beribadah selama beberapa hari, seorang Muslim dapat lebih disiplin dalam menjalankan shalat, membaca Al-Quran, dan berdzikir. Kebiasaan ini diharapkan terus terbawa setelah iktikaf selesai, sehingga meningkatkan kualitas ibadah sehari-hari.

Hal-hal yang membatalkan iktikaf

Agar ibadah iktikaf tetap sah dan tidak menjadi sia-sia, penting untuk mengetahui hal-hal yang dapat membatalkannya. Berikut beberapa di antaranya:

• Mengalami gangguan jiwa akibat konsumsi obat tertentu.

• Pingsan karena efek obat yang diminum.

• Dalam keadaan mabuk.

• Keluar dari Islam (murtad).

• Melakukan hubungan suami istri.

• Bersentuhan dengan lawan jenis hingga menimbulkan syahwat.

• Meninggalkan masjid tanpa adanya keperluan mendesak.

Hal-hal yang diperbolehkan saat iktikaf

Dalam iktikaf, seseorang diwajibkan untuk menetap di dalam masjid dalam jangka waktu tertentu. Namun, ada beberapa kondisi yang memperbolehkan seseorang keluar dari masjid, di antaranya:

• Pergi untuk mengambil makanan yang dibutuhkan.

• Keluar untuk menyelamatkan diri apabila terjadi bencana.

• Pergi ke toilet untuk buang air kecil atau besar, dengan syarat berwudhu kembali sebelum masuk ke masjid.

Baca juga: Panduan lengkap melaksanakan iktikaf: Rukun, syarat sah, dan niatnya

Baca juga: Hukum iktikaf bagi wanita haid di 10 malam terakhir Ramadhan

Baca juga: Alasan jamaah pilih iktikaf di Al-Azhar lantaran tradisi turun temurun

Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |