Jakarta (ANTARA) - Membaca Al-Quran bukan sekadar menuntaskan deretan ayat dalam sebuah surah. Tapi, lebih dari itu, ada perasaan batin yang seharusnya dihadirkan dalam setiap lantunan kalimat suci, yakni dengan sebutan “tadabbur.”
Inilah langkah hati yang merenungi, menyelami makna, dan menghubungkan diri dengan pesan secara lebih mendalam. Sayangnya, di tengah rutinitas dan target khatam, tadabbur sering kali terlupa padahal di sanalah jiwa dari membaca Al-Quran benar-benar terasa.
Lantas, apa sebenarnya tadabbur itu? Simak penjelasan maknanya berikut ini, yang telah dilansir dari berbagai sumber.
Mengenal makna tadabbur Al-Quran
Dalam penjelasan yang dikutip dari situs Tafsir Al-Quran, kata tadabbur (تدبر) berasal dari akar kata dubur (دبر) yang berarti "bagian belakang," berlawanan makna dengan qubul (قبل) yang berarti "bagian depan."
Misalnya, ungkapan dubur al-syay’ merujuk pada sesuatu yang berada di bagian akhir, sementara qubul al-syay’ menunjuk pada bagian awalnya. Dari kata dubur ini muncul kata kerja dabbara (دبر), yang maknanya adalah memikirkan sesuatu sampai ke bagian akhir atau konsekuensi-nya.
Contohnya dalam kalimat tadabbartu al-amr (تدبرت الأمر), yang berarti memikirkan atau merenungkan sesuatu secara mendalam hingga memahami apa yang terjadi di ujung atau akhir persoalan itu.
Dengan demikian, tadabbur bisa diartikan sebagai proses berpikir yang mendalam dan menyeluruh, yang membantu seseorang memahami maksud, hikmah, serta pesan akhir dari suatu ucapan atau kalimat.
Ketika dikaitkan dengan Al-Quran, maka tadabbur Al-Quran berarti perenungan yang mendalam terhadap isi ayat-ayat Al-Quran untuk menggali tujuan besar yang ingin disampaikan Allah SWT di balik setiap wahyu-Nya.
Istilah tadabbur dalam Al-Quran disebutkan sebanyak empat kali, semuanya berkaitan erat dengan ajakan untuk memperhatikan isi Al-Quran secara mendalam.
Salah satu ayat yang menegaskan hal ini terdapat dalam Surah Muhammad ayat 24:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran ataukah hati mereka telah terkunci?"
Dalam ayat ini, Allah SWT mempertanyakan mengapa manusia tidak mau benar-benar mencermati Al-Quran? Ini bukan hanya membacanya, tetapi juga merenungi, memahami, dan mendalami pesan-pesan yang terkandung di dalamnya agar mereka bisa beriman dengan sepenuh hati.
Atau, mungkinkah hati mereka telah terkunci rapat, hingga tak mampu lagi menerima kebenaran? Dari sini dapat disimpulkan bahwa orang yang enggan melakukan tadabbur terhadap Al-Quran termasuk golongan yang hatinya tertutup.
Mereka tidak mampu melihat cahaya kebenaran, tidak sanggup memahami isi kandungan Al-Quran, dan tak lagi bisa menghayati petunjuk dari-Nya. Hati semacam ini adalah hati yang telah kehilangan kehidupan spiritual hati yang mati.
Baca juga: Larangan rasisme dalam perspektif Islam
Baca juga: Adab baca Al-Quran: Dari bersuci hingga memahami tajwid
Baca juga: Manfaat tadabbur Al Quran dalam kehidupan sehari-hari
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025