Makna dan simbolisme pelepasan lampion Waisak di Candi Borobudur

3 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Hari Raya Waisak kerap warnai tradisi pelepasan lampion, yang dikenal luas sebagai festival lampion Waisak. Di tengah heningnya malam perayaan Waisak, langit perlahan dihiasi cahaya hangat dari ribuan lampion yang terbang tinggi membawa harapan dan doa umat Buddha.

Lebih dari sekadar tradisi meriah, pelepasan lampion dalam Hari Waisak menyimpan makna mendalam sebagai simbol pelepasan penderitaan, pencerahan batin, dan harapan akan kehidupan yang lebih baik.

Simbolisme ini menjadi bagian penting dari peringatan kelahiran, pencerahan, dan wafatnya Siddhartha Gautama, Sang Buddha, yang hingga kini terus menginspirasi jutaan orang di berbagai belahan dunia.

Tradisi ini biasanya dipusatkan di Candi Borobudur, candi Buddha terbesar di Indonesia dan situs bersejarah yang menjadi tempat suci bagi umat Buddha.

Pada tahun ini, peringatan Hari Raya Waisak 2569 BE dirayakan melalui rangkaian Waisak Nasional 2025 yang kembali digelar di kawasan Candi Borobudur.

Puncak perayaannya berlangsung pada 12 Mei 2025, ditandai dengan kirab dari Candi Mendut ke Candi Borobudur, prosesi pelepasan lampion, peringatan detik-detik Waisak yang sakral, hingga ritual pradaksina, yakni berjalan mengelilingi candi sebagai bentuk penghormatan dan perenungan spiritual.

Namun, di balik keindahan lampion yang menghiasi langit malam, tersimpan makna filosofis yang mendalam. Lantas, apa sebenarnya makna dan simbolisme dari pelepasan lampion dalam peringatan Waisak ini? Simak penjelasannya berikut ini, melansir berbagai sumber.

Baca juga: 3 peristiwa suci di balik makna peringatan Hari Raya Waisak

Makna perayaan festival lampion Waisak

1. Simbol pencerahan jiwa

Lampion dalam tradisi Waisak merepresentasikan momen tercerahkan yang dialami oleh Siddhartha Gautama, saat beliau memahami hakikat kehidupan dan menemukan jalan menuju akhir dari penderitaan. Pancaran cahaya dari lampion menjadi perlambang terang batin yang membimbing umat Buddha dalam menempuh perjalanan spiritual mereka.

2. Lambang kebangkitan dan perubahan diri

Proses meluncur-nya lampion ke angkasa menyiratkan perjalanan batin manusia yang bertransformasi. Seperti cahaya yang menembus gelap-nya malam, lampion Waisak menjadi pengingat akan kemampuan setiap individu untuk bangkit dari belenggu duniawi, menuju kehidupan yang lebih damai dan tercerahkan.

3. Wujud kasih dan kebaikan

Selain bermakna spiritual, cahaya lampion juga menjadi simbol kepedulian dan kasih sayang. Dalam ajaran Buddha, cinta kasih kepada semua makhluk hidup adalah inti utama. Dengan menerbangkan lampion, umat Buddha menyalurkan harapan agar kebaikan dan cinta kasih dapat menjangkau seluruh penjuru dunia.

4. Bentuk penghormatan terhadap Sang Buddha

Penerangan lampion saat Waisak juga menjadi cara untuk menghormati Siddhartha Gautama dan ajaran sucinya. Setiap lampion yang diterbangkan membawa harapan dan rasa hormat mendalam atas bimbingan spiritual yang telah diwariskan oleh Sang Buddha untuk membebaskan umat manusia dari penderitaan.

simbolis pelepasan lampion Waisak

Tradisi pelepasan lampion dalam perayaan Waisak di Candi Borobudur sarat akan makna simbolis yang mendalam bagi umat Buddha. Berikut beberapa maknanya:

1. Simbol pencerahan ajaran Buddha

Lampion yang melayang ke langit mencerminkan bagaimana ajaran Buddha Gautama menyebar dan menerangi kegelapan ketidaktahuan, membawa terang bagi jiwa-jiwa yang mencari kebenaran.

Baca juga: Sejarah Hari Raya Waisak dan tujuan perayaannya

2. Lambang pelepasan energi negatif

Dalam momen sakral ini, umat Buddha meyakini bahwa melepaskan lampion juga berarti melepaskan emosi dan pikiran negatif dalam diri seperti kemarahan, keserakahan, serta kegelapan hati.

3. Wadah doa dan harapan

Setiap lampion yang diterbangkan membawa harapan tulus serta doa umat untuk mendapatkan kedamaian, kebahagiaan, dan tercapainya pencerahan sejati.

4. Pancaran damai dan kebahagiaan bagi semua makhluk

Cahaya lampion yang menghiasi langit malam menjadi lambang harapan agar kedamaian dan kebahagiaan tak hanya dirasakan oleh pribadi yang berdoa, tapi juga menjangkau seluruh makhluk di alam semesta.

Sedangkan Menurut informasi yang dihimpun dari situs resmi Kementerian Agama (Kemenag), lampion dalam perayaan Waisak memiliki arti yang begitu dalam sebagai simbol pelita kehidupan umat manusia. Di balik cahaya yang dipancarkan-nya, terselip harapan besar akan terwujudnya kerukunan dan kebahagiaan bersama.

Saat lampion dinyalakan di malam hari, itu menjadi wujud kesiapan umat Buddha untuk menyalakan cahaya perdamaian. Prosesi ini juga melambangkan optimisme akan datangnya masa depan yang lebih cerah.

Cahaya terang dari lampion diharapkan menjadi pertanda bahwa dunia akan bergerak menuju arah yang lebih baik, penuh kedamaian dan kebahagiaan. Inilah cahaya damai dari dalam diri, yang melalui pelepasan lampion, diharapkan dapat menyebar luas ke seluruh penjuru dunia.

Baca juga: Jadwal libur dan cuti bersama Hari Waisak 2025

Baca juga: Waisak 2025 dipusatkan di Borobudur, ini tema dan rangkaian acaranya

Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |