Jakarta (ANTARA) - Majelis Hukama Muslimin (MHM) menebar pesan perdamaian dan cinta sesama makhluk Allah SWT melalui bedah buku "Cahaya Cinta dari Kota Madinah" dalam acara Islamic Book Fair (IBF) 2025.
Buku tersebut ditulis oleh Direktur MHM Kantor Cabang Indonesia, Muchlis M Hanafi. Pembahas dalam bedah buku tersebut yakni Pengurus MHM Cabang Indonesia, M Arifin, dan alumnus Universitas Islam Madinah, Zia ul Haramein.
"Soal cinta menjadi perhatian besar dari MHM. Cinta dalam arti cinta sesama makhluk hidup bukan hanya antarmanusia, dan itu tertuang dalam dokumen persaudaraan manusia yang ditandatangani Grand Syekh Al Azhar dan Paus Fransiskus," ujar M Arifin di Jakarta, Jumat.
Arifin menjelaskan, dalam dokumen tersebut ditegaskan bahwa keyakinan yang teguh dan ajaran otentik agama adalah nilai perdamaian, mempertahankan nilai saling pengertian, persaudaraan manusia, hidup berdampingan dengan harmonis, membangun kembali kebijaksanaan, keadilan dan cinta, serta membangkitkan kembali kesadaran agama.
"Jadi memang persaudaraan, saling menghormati antarumat beragama, salah satu landasannya adalah cinta. Apapun agamanya, selama makhluk Allah, patut dicintai dan itu saudara kita, buku Cahaya Cinta dari Kota Madinah tersebut salah satunya merefleksikan hal ini juga," katanya.
Arifin juga mengupas makna cinta dari sisi bahasa, yang berasal dari akar kata habbah atau biji. Hubb berarti sesuatu yang melekat atau menetap, sedangkan habbah adalah sesuatu yang menumbuhkan tanaman. Cinta berarti melekat dengan orang yang dicintai hingga menumbuhkan sesuatu, seperti biji yang tumbuh dan menghasilkan buah yang bermanfaat bagi orang lain.
"Buku ini juga membahas makna cinta dalam Al Quran. Ada cinta yang mendapat ridha Allah dan cinta dalam arti syahwat (nafsu). Ada juga cinta dalam konteks ketakwaan kepada Allah SWT," ucap Arifin.
M Arifin selanjutnya membedah kisah cinta Rasulullah saat datang ke Madinah yang ternyata membekas ke semua lini. Saat Nabi menetap dan berdakwah di Madinah, selain manusia, hewan, tumbuhan, batu juga diriwayatkan mencintai Rasulullah.
Riwayat lain terkait kecintaan tumbuhan, lanjut dia, yakni batang kurma yang dijadikan mimbar Rasulullah menangis ketika akan diganti dengan yang lebih baik. Rasulullah kemudian bertanya mengapa batang tersebut menangis, kemudian dijawab karena dirinya merasa ditinggalkan. Kemudian, Rasulullah mendoakan agar batang kurma tersebut tumbuh di surga.
"Soal cinta bukan hanya hubungan dengan orang yang kita cintai saja, melainkan sangat erat kaitannya dengan Allah sebagai sumber cinta. Allah mencintai makhluk-Nya dan kita dituntut mencintai Allah dan ini merefleksikan turunan kepada seluruh makhluk, sehingga hewan dan tumbuhan cinta Rasul. Gunung juga begitu," tuturnya.
Sementara itu, pembicara kedua Zia ul Haramein berbagi pengalaman rihlah ilmiah atau perjalanan mencari ilmu di Universitas Islam Madinah. Ia telah menempuh 4,5 tahun kuliah di salah satu perguruan tinggi kebanggaan Kota Nabawi, yang menumbuhkan rasa cintanya kepada Kota Madinah.
"Waktu berjalan lambat. Sebab itu kami bisa menikmati setiap detail di kota itu. Rasulullah hidup di kota ini, tempat di mana Nabi menjalani fase kedua dan menjadi titik balik di mana dakwah Islam bukannya mengedepankan masalah personal individual, melainkan juga menjalar di ranah sosial dan kenegaraan. Rasulullah sebagai kepala negara, panglima perang dan lainnya," kata Zia.
Baca juga: MHM gelar bedah buku karya Grand Syekh Al Azhar di IBF 2025
Baca juga: Majelis Hukama kembali meriahkan IBF dan hadirkan diskusi soal AI
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.