Psikologi lanjut usia: Ini alasan mengapa lansia mirip anak kecil

1 hour ago 1

Jakarta (ANTARA) - Seiring bertambahnya usia, manusia tak hanya mengalami perubahan fisik, tetapi juga psikologis. Pada masa lanjut usia, sebagian orang kerap menunjukkan perilaku yang mirip dengan anak-anak, mulai dari sifat emosional, mudah lupa, hingga ketergantungan pada orang lain.

Fenomena ini erat kaitannya dengan penurunan fungsi kognitif dan kondisi kesehatan yang menyertai proses penuaan. Faktor psikologis serta kondisi kesehatan turut mempengaruhi proses tersebut.

Tak jarang, hal ini berdampak signifikan terhadap kemampuan melakukan aktivitas fisik hingga menimbulkan perilaku yang mirip dengan anak-anak. Lantas, apa saja alasan psikologis yang membuat lansia sering kali bersikap seperti anak-anak? Berikut ulasannya yang telah dirangkum dari berbagai sumber.

Baca juga: Kemenkes: Perbaikan gizi harus dimulai dari masa hamil hingga lansia

Alasan perubahan psikologi lanjut usia seperti anak-anak

1. Rasa kesepian

Banyak lansia kerap merasakan kesepian karena aktivitas mereka semakin terbatas. Bahkan untuk hal-hal sederhana seperti makan, minum, mandi, atau sekadar keluar rumah, sering kali harus bergantung pada orang lain.

Kondisi ini bisa menimbulkan rasa frustrasi karena kebebasan yang dulu dimiliki kini berkurang. Situasi tersebut memicu perubahan perilaku, terutama saat rasa bosan melanda.

Tak jarang, lansia merindukan suasana ramai atau kegiatan baru untuk menghibur diri, misalnya sekadar makan bersama keluarga di luar rumah. Dalam momen seperti ini, sikap dramatis sering ditunjukkan sebagai cara untuk menarik perhatian.

2. Butuh perhatian lebih

Seiring bertambahnya usia, beberapa lansia berperilaku layaknya anak-anak dengan mencari cara agar mendapatkan perhatian keluarga. Ada yang berpura-pura sakit atau menunjukkan ketidakberdayaan agar orang-orang di sekitarnya memberi lebih banyak perhatian. Tindakan ini biasanya dilatarbelakangi oleh keinginan untuk merasa memiliki peran penting di dalam keluarga.

Baca juga: Jadwal & cara cek status penerima bansos KLJ September 2025

3. Emosi yang mudah meningkat

Stabilitas emosi menjadi hal krusial bagi lansia. Ketika emosinya tidak terkontrol, mereka berharap mendapatkan pembelaan sekaligus kasih sayang penuh dari keluarga.

Sama halnya dengan anak-anak, kenyamanan emosional bagi lansia bisa diperoleh melalui perhatian khusus, kata-kata yang menenangkan, serta sentuhan penuh kasih, seperti pelukan.

4. Merasa kehilangan peran

Banyak lansia merasa dirinya tidak lagi bisa diandalkan, berbeda dengan masa muda ketika mereka berperan besar sebagai orang tua atau figur utama di keluarga. Hilangnya peran tersebut sering mempengaruhi kondisi psikologis, membuat mereka merasa tidak berdaya.

Akibatnya, muncul sikap tertentu untuk menunjukkan bahwa keberadaan mereka masih penting. Tak jarang hal ini diekspresikan dengan perilaku yang terkesan manja, banyak menuntut, meminta hal-hal di luar kebiasaan, atau mencari kegiatan yang membuat mereka merasa berguna.

Perilaku tersebut wajar terjadi selama proses penuaan, namun penting bagi keluarga untuk memahami kondisi ini agar dapat memberikan dukungan emosional, perhatian, serta ruang bagi lansia untuk tetap merasa dihargai dan memiliki peran berarti dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Jumlah warga Jepang berusia 100 tahun tembus 99.763

Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |